s.p.a.s.i...s.p.a.s.i
Walupun sama-sama jam, aku lebih bisa melihat jam analog dibandingkan jam digital.
Mungkin karena terbiasa aja kali yah. Tapi sungguh beda feeling dan soulnya (deuu bahasanya euy). Dengan melihat jam analog, aku sepertinya bisa memetakan waktuku. Maksudnya, tergambar dengan jelas tentang berapa lama lagi batas waktuku dalam mengerjakan sesuatu. Misalkan, aku biasa berangkat ngantor jam 5.30; Dengan jam analog, yang menunjukkan jarum pendek di angka 5 dan jarum panjang di angka 4, aku lebih bisa memetakan diriku bahwa aku hanya punya waktu 10 menit untuk kemudian go dari rumah.
Dengan jam digital, kurasa aku hanya mampu 'mengetahui' waktu pada saat aku melihat jam tersebut. Rasanya sulit mengira-ngira berapa lama lagi mapping time-limit ku.
Ehm... sekarang kan era nya digital yah.
Al Quran juga ada yang digital, dan... whew,,, barang secanggih itu tapi ko ga membuatku mampu membaca dengan nyaman yah. heran... Masih enakan yang versi buku.
Truz... apalagi yang digital. Ehm... spedometer digital. Nah... ntu tuh. Beda juga rasanya. Emang siyh aku ga nyetir (tapi pernah nebeng mobil dengan kedua jenis spedo ini). Kalo lihat spedo yang digital, ko kayanya 'ribet' yah, soalnya ga terlalu kelihatan naik ataw turunnya jarum pengukur kecepatan itu.
OK deyh.
Semoga itu hanya menunjukkan style dan bukan menjadi parameter ke gaptek an. he..he..
WA Lt 11 jam 3.22 16/5/2007;
beberapa saat setelah submit report dan nasib reconsile yang masih menggantung.
Dengan semangat : Reconsile tiada akhir. suit--suit-- :))
No comments:
Post a Comment