spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Tuesday, December 27, 2005

-T-I-D-U-R-

-tidur-

Sebuah kata kerja. Terdiri dari 5 huruf dan tiada yang sama. Pekerjaan ini dilakukan oleh semua makhluk hidup, dari awal keberadaan mereka di muka bumi sampai mereka nanti mati. Inilah nampaknya pekerjaan yang disenangi oleh manusia. Betapa tidak, tidak ada effort sekecil apapun utnuk tidur. Paling banter adalah mengantisipasi datengnya nyamuk nakal. Itu pun dilakukan sebelum tidur, saat mata masih kuat melek, dan tubuh masih sanggup membeli baygon semprot atau hits elektrik, atau pasang kelambu gaya kolonial.

Aku pun suka tidur. bahkan mungkin jatah tidurku memakan 25 % waktuku dalam sehari. Sepertinya hati ini begitu bahagianya saat memandang hamparan karpet atau kasur atau apalah namanya, tempat dimana tubuh bisa direbahkan. Bangun tidur, seharusnya lebih segar, tetapi terkadang ketagihan, masih ingin menambah jam tidur.

Sebenarnya aku heran dengan kegiatan satu ini. Kenapa saat ini kita diberikan kebisaan untuk tidur. OK, dari segi kesehatan, memang tidur itu perlu untuk mengembalikan metabolisme tubuh kita. Tapi kalau udah ketagihan? Siapa yang tanggung jawab, coba???

Pernah ku merasa menyesal setelah bangun tidur. Betapa tidak, waktuku yang bermanfaat dan bisa untuk melakukan aktivitas lain yang masih menumpuk kulewatkan begitu saja dengan tidur. Dan akupun bertanya, mengapa kita semua manusia senang dengan aktivitas ini. bahkan herannya, masih merasa kurang saja, padahal toh nanti, saat kita mati, kita pasti akan tidur tanpa terganggu gigitan nyamuk, dering telepon, suara orang memanggil, bel pintu berbunyi, dan lainnya.

Entahlah, aku membenci tidur karena aku terlalu sering tidur (mungkin). Beberapa prosentase waktuku kugunakan untuk tidur. Sempat terfikir, apakah baiknya aku tidak bisa tidur saja, sehingga banyak aktivitas berguna yang bisa kulakukan? Karena... toh pada akhir hidup kita, kita akan tidur, tak bergeming sedikitpun.

WA Lt. 11 10.47 27 Desember 2005.
Ga tau kenapa tulisan kaya' gini bisa muncul.

Monday, December 26, 2005

B.O.S.A.N

Mengiringi terbit mentari
Hari silih berganti
Berharap hidup baru penuh arti
Meninggalkan semua yang mati

Tapi tidak diriku
Menjalani waktu yang berjalan selalu

Berselubung sendu dan rindu
Kapan ini berakhir aku pun tak tahu

Ya Rabb...
Sudahilah penantian ini
Perkenankanlah harap hambaMu


26 Des 2005, Wisma Antara Lt.11
Menjelang 2006, saat diri menyadari belum ada pencapaian berarti di 2005.

Wednesday, December 21, 2005

Rasanya (Rasain) Kehilangan

Tadi malam, kurasa aku kehilangan
Perasaan kehilangan yang mengalahkan kesedihan hartawan yang hartanya kebakaran
Kehilangan yang tidak bisa tergantikan
Oleh berbagai macam model bentuk barang jualan

Kala ku bangun pagi ini
Sedihku tak terperi
Sempat merutuki diri sendiri
Kenapa bisa terjadi

Malam tadi aku kehilangan masa
Masa singkat nan menggoda
Tuk sekedar bercerita
Walau kadang mengada-ada

Malam tadi, kulewatkan masa
Tuk bersua denganNya
Lirih pintaku terkubur dalam pejaman mata
Sedih tiada tara
Tak berkhalwat denganNya

Malam ini dan selanjutnya
Pejaman mata itu kan temui endingnya
Agar kubisa bersuara lirih
Menyelimuti diri dengan jiwa bersih


21 Desember 2005 di Wisma Antara lantai nomor 11, jam 12.34 setelah makan siang dengan menu telur dadar dan perkedel kentang .
Tulisan untuk 'menampar' diriku karena lalai melaksanakan tahajud :((

Puzzle Huruf yang Tersusun bagian 1

lagi ga tau mau bicarain ato nulis apa
ngalor ngidul pun tak mengapa
jari lentikku menari di tuts dengan riangnya.
neuron yang banyak itu kupaksakan bekerja.

Tuesday, December 20, 2005

Sebongkah Rindu Tuk Kalian

Rasakan belaian angin
Tatap sang surya
Pandang cahaya bulan
Tengok gemerlap bintang
Ada sebongkah rindu di sana
Tuk Kalian
Perindu syahdu yang kurindu
Rindu yang terobati dengan Rabithah lembut di gelap malam
Mampu tuk getarkan semesta alam
Oleh ikatan Ta'liful Quluub kalian yang tak pernah kelam
Bersama kalian
Menapaki hari tak kenal henti
Di jalanan penuh onak duri
Tanpa keluh apalagi kesah
Hanya kepadaNya tangan mengadah
Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billah
Menghamba mengharap
Meminta Memohon
Sepetak tempat bernama Jannah
Berdampingan dengan Kalian
istirahat siang, saat kalender menunjuukan angka 20 akhir revoulusi bumi di di 2005 di wisma antara lantai nomor 11
Kupersembahkan kumpulan tutur tak teratur ini tuk kalian, sahabat di jalan penuh onak dan duri.
Tetap berdiri, berjalan, dan berlari...

satu bab berjudul ta'adud

Tulisan ini dapat tertuang karena inspirasi dari obrolan bersama seorang teman, pada suatu malam Ahad di rumahku. Yaps... satu bab tentang ta'adud.

Ta'adud pabila di-bahasaindonesia-kan menjadi poligami, wa bil khusus pria yang memiliki istri lebih dari 2 orang. Ada suatu kejadian (hm.. aku belum tabayun, tapi bukan kejadiannya yang ingin aku soroti, melainkan alasan dibalik kejadian itu). Begini ceritanya...
Ada seorang pria yang sudah berkeluarga. Terakhir aku dengar, istrinya sedang hamil anak ke-3. Suatu hari, ada seorang teman yang mengkonfirmasi, apakah benar A menikah lagi, istri keduanya berasal di kabupaten tetangga. Menanggapi hal tersebut, aku nyatakan pada teman ngobrolku bahwa aku tidak simpatik pada A, pabila berita ia menikah lagi itu benar. Apa yang kurang dari istri pertamanya, cantik, baik, dan juga telaten dalam mengurus rumah tangga. Tanggapan teman bicaraku lebih kalem daripada aku. Ia mengatakan bahwa ia mengerti persoalannya. A mungkin memiliki level -maaf- kebutuhan biologis yang tinggi (Di lingkungan kami, A memang dikenal rada genit dengan perempuan). Sedangkan seorang wanita yang sudah melahirkan berkali-kali, memiliki tingkat service yang berbeda dibandingkan saat hamil pertama.
Hm.. benarkah demikian? Terserah apa teori kedokteran. Yang jelas aku tidak mentolerir ta'adud dengan alasan agar lebih terjaga (ta'adud adalah sesuatu yang baik daripada selingkuh. Ta'adud pun legal, selingkuh ilegal).
Apabila alasannya adalah karena menyelamatkan kebutuhan biologisnya, mengapa A tidak mengupayakan agar Sang Istri pertama tetap bugar seperti saat mereka menikah? Berilah khadimat untuk meringankan tugas-tugas rumah tangga Sang Istri. Istri ingin tetap fresh? Berilah kesempatan istri untuk ikutan klub senam aerobic atau Body Language atau apapun namanya untuk menjaga kebugarannya.
Wahai para suami... Jangan menuntut suatu hal dari istri-istri kalian, padahal kalian juga belum memberikan hak kalian secara lebih pada istri kalian, kecuali sekedarnya. Jadi, buat kalian yang ada niatan untuk ta'adud, pikirkan sematang-matangnya dan sebaik-baiknya. Luruskan niat kalian selurus-lurusnya.
Hm... itu aja. Maaf, kalo ada yang tidak berkenan.
Allahu A'lam BishShowab.

Friday, December 16, 2005

Yoe Dhee

Yoe Dhee

Yoe Dhee dan dibaca Yudi. Tidak ada maksud tertentu dari Yoe Dhee. Kecuali ia adalah kependekan dari nama asliku, dan ditulis dengan gaya anak STM yang corat-coret di tembok stasiun kereta api. Susunan huruf ini juga yang ada di mejaku sewaktu aku SMP dan lagi badung-badungnya. Alhamdulillah sekarang dah ga coret-coret lagi. Kalopun perlu coret-coret, aku punya media yang elbih bonafid walaupun tidak komersil.

-Sekian dari Yoe Dhee-

Salam...

24 Maret 2006
Yoe Dhee yang tadinya adalah nama pertama Blog ini, resmi lengser dan digantikan dengan spasi spasi. Tidak ada tendensi apa-apa, hanya ingin mengganti atmosfer yang terbentuk dalam blog ini. Semua tetap sama dengan warna aslinya, just the way we are.

Thursday, December 15, 2005

Just a Happy Tear

Just A Happy Tear

Just a tear and a warm smile
Far away of thousand miles
And a gentle whisper pray
Watching you fly away

Leaving this hectic world
Leaving all the suffers
Leaving all the damns

Go to The Most Gracious
The Most Merciful

Be your Angel's Mom and Dad
and proud we all

You guys.. The Rijalush Sholihiin
Have no propper place in this tiny world
Only heaven could answer your Beg

Just a happy tear I have
Begging to be one of your friend

(dedicated to Imad Aqil, Fatih Farahat & All The Syahid Palestinians)

Wednesday, December 14, 2005

Satu Dimensi

Jakarta, ibu kota Indonesia. Kota dengan beragam sejarah, berbagai hal mewah, dan bertumpuk masalah. Satu dimensi yang dekat dengan kehidupan kita. Mari bercermin. Cermin membantu kita melihat polesan yang tak teratur. Cermin makhluk yang jujur, dan kita pabila kita masih mau bercermin, semoga kita termasuk mujur.

Tiada bosan, aktivitas pagi diawali dengan para karyawan atau kuli yang berangkat nyubuh. Dengan dalih agar tidak terlambat masuk kerja. Saat itu mungkin sang buah hati masih menikmati mimpi indahnya. Bermimpi agar ia memiliki waktu yang jauh lebih panjang untuk bisa bercengkerama, bercanda, dan bermanja dengan ayah - bunda tercinta. Sang ayah - bunda bukannya tidak sayang dengan buah hati mereka. Ayah - bunda hanya terlalu fokus melihat bahwa keluarga perlu materi untuk kebahagiaan mereka. Makan enak, sekolah bagus, hiburan menyenangkan, rumah nyaman, semua ada hitungannya. Nominal yang didahului 'Rp' itulah yang menjadi saingan sang buah hati dalam merebut perhatian Ayah - bunda.

Keluar rumah, setelah mengecup buah hati (yang bau kecutnya membuat rindu) naik mobil, entah setir sendiri atau disetir orang lain (maksudnya angkot) atau naik motor, di jalan bertemu dengan sesamanya. Dan bertemulah kondisi yang dinamakan macet. Udara pagi yang sejuk berganti menjadi bau timbal, karbonmonoksida yang menyesakkan dada. Di luar, semakin siang, Sang Surya yang sinarnya hangat terasa menyengat karena di'kompori' oleh racun mobil. Di dalam kubus berkaca, AC central yang sejuk tak mudah meredam naiknya adrenalin di tubuh para manusia itu. Teriakan peringatan deadline (atau deathline), kritik atas salah ketik, bawahan yang (terasa) tak bisa diandalkan.. Rrrrrgghhh tak mampu alfabet ini menjelaskan semuanya.

Sore hari, bumi sudah dua pertiga perjalanan rotasinya, kubus berkaca mulai kosong. Si aspal hitam kembali dikerumuni kotak-kotak beroda. Tidak jauh beda dengan pagi. Malah lebih parah. Pagi hari aroma sabun dan parfum menyerbak dengan ramahnya. Sore hari... (maaf, anda sendiri saja ya, yang nelengkapi deskripsi tentang aroma sore ini. Bukannya jijik, hanya saja saya khawatir termasuk ke golongan orang-orang yang memberi andil pada aroma sore ini).

Sampai rumah, sang buah hati sudah berpakaian rapi. Sang buah hati menjadi pengamat yang baik dari kubus (ternyata hidup kita dikelilingi kubus yah..) tiga dimensi berwarna. Si Mba' standby di depan kubus jua. Setia menanti instruksi yang terkadang direspon dengan setengah hati. Ayah - bunda lelah hati, fisik, dan otak. Mandi, makan, shalat, tidur, adalah list kegiatan untuk malam ini. Sang buah hati lupa pada pengamatannya. Keluarlah semua yang telah diredam di otaknya selama 12 jam siang tadi. Bernarasi tentang aktivitasnya, merajuk ingin sesuatu seperti yang dipunya temannya, Melambungkan angan dan prestasinya, semua keluar polos tanpa editting dan intonasinya tak dibuat-buat seperti di voice trainer. Entah kenapa, cerita indah yang takkan terulang itu menjadi bunyi bising di kepala ayah - bunda. Memilih untuk tidak marah, ayah - bunda mengiyakan saja semua ocehannya. "Ntaaar, Mama belikan", atau "O ya.. pintar." seperti pancasila yang bunyinya sama setiap kali dibacakan. Tanpa ekspresi, tanpa pegantian kata.


Satu dimensi...
Buah hati cukup senang (tapi tidak cukup puas) dengan ayah - bunda nya. Di kepalanya sebuah tanda tanya besar berisi kalimat "Ayah - bunda gak sayang aku. Kok aku ga boleh main dengan mereka? Aku disuruh main sama Mbak terus. Kata Mba', ayah - bunda harus istirahat, agar besok bisa kembali bekerja, mencari uang, karena mereka sayang aku."

Bintang gemerlapan. semua makhlukNya dibuai ke alam mimpi. Buah hati puas karena di alam bawah sadarnya, ia sedang berlarian sebebas merpati bersama ayah - ibu di taman. Tidak ada uang. Di sana hanya ada pohon, bunga, makanan, mainan, dan tawa lepas ayah - bunda yang memanjakannya bak raja.

Bulan semakin memperlihatkan jati dirinya. Ayah - bunda terlelap dengan alam bawah sadar yang masih menyaksikan tumpukan berkas di kubik ber AC dan pertemuan-pertemuan di hari esok. Buah hati, agendamu Sabtu-Minggu.

dedicated to all parents in town. It is right to earn much penny. And it is your child's right to get your gentle love.
dedicated to all children in town. Your parents love you so much. They just need more time to express it to you. Don't blame them coz they don't wanna play with you.

Just The Way We Are

Just The Way We Are...

Bukan sesuatu yang fatalis atau phlegmatis. Just the way we are ... (selalu dibarengi tiga titik yang menandakan kalimat ini adalah kalimat bebas yang interpretasinya bisa anda buat sendiri) menandakan suatu pernyataan bahwa tiap kita adalah manusia yang dicipta olehNya dengan semua kesempurnaan dariNya. Kelebihan kita adalah anugerah. Kekurangan kita adalah rahmat agar kita belajar memperbaiki kekurangan tersebut. Setiap kita, diciptakan dengan kesengajaan (bukan kebetulan seperti yang diteorikan oleh teori evolusi) membawa peribadi yang unik dan berbeda.

Just the way we are... Teramat sering kita dibandingkan dengan orang lain. Fisik, kepandaian, sikap, dan lainnya menjadi bahan perbandingan antara kita dan orang lain. Wajar saja, karena tiap kita adalah makhluk visible yang bisa dilihat dan dideskripskan. Pertanyaannya adalah pantaskan membandingkan lengkeng dengan anggur? Bukankah lebih baik membandingkan antara kualitas lengkeng di tahun x dengan kualitas lengkeng di tahun x+1? So... lengkeng to lengkeng, anggur to anggur. Lengkeng to anggur hanya akan menimbulkan kekecewaan dan frustrasi. Karena lengkeng tak bisa menjadi anggur, anggur pun tak bisa menyamai lengkeng.

Just the way we are... Bukan dilihat dari dimensi kemuliaan manusia di mata Allah dan kedudukan di depan umat manusia. Kemuliaan sebagai hambaNya dan kedudukan kita di hadapan umat manusia adalah dimensi dari This is the way we are, Isyhadu Bi Anna Muslimin. Perjuangan untuk mencapai level tertinggi kehidupan qta (yaitu sebagai hamba Allah) memerlukan kesungguhan dan tidak sedikit pengorbanan. Dan untuk ini, kita tidak bisa Just the way we are...

Just the way we are... bukan pernyataan bagus pabila diucapkan oleh seseorang yang sedang terjajah secara fisik dan mental. Kemerdekaan fisik musti diperjuangkan. Kemerdekaan mental, musti diupayakan. Tanyakan diri sendiri apakah seluruh potensi kita sudah berada pada kuldesak? Jika ya, jangan pernah sekalipun berkata just the way we are... Tapi ucapkanThis is the way we are seraya membangunkan jiwa lemah tadi dan mulai melangkah konkret untuk mencapai kesempurnaan diri.

Allahu A'lam bisShowab.