spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Wednesday, December 14, 2005

Satu Dimensi

Jakarta, ibu kota Indonesia. Kota dengan beragam sejarah, berbagai hal mewah, dan bertumpuk masalah. Satu dimensi yang dekat dengan kehidupan kita. Mari bercermin. Cermin membantu kita melihat polesan yang tak teratur. Cermin makhluk yang jujur, dan kita pabila kita masih mau bercermin, semoga kita termasuk mujur.

Tiada bosan, aktivitas pagi diawali dengan para karyawan atau kuli yang berangkat nyubuh. Dengan dalih agar tidak terlambat masuk kerja. Saat itu mungkin sang buah hati masih menikmati mimpi indahnya. Bermimpi agar ia memiliki waktu yang jauh lebih panjang untuk bisa bercengkerama, bercanda, dan bermanja dengan ayah - bunda tercinta. Sang ayah - bunda bukannya tidak sayang dengan buah hati mereka. Ayah - bunda hanya terlalu fokus melihat bahwa keluarga perlu materi untuk kebahagiaan mereka. Makan enak, sekolah bagus, hiburan menyenangkan, rumah nyaman, semua ada hitungannya. Nominal yang didahului 'Rp' itulah yang menjadi saingan sang buah hati dalam merebut perhatian Ayah - bunda.

Keluar rumah, setelah mengecup buah hati (yang bau kecutnya membuat rindu) naik mobil, entah setir sendiri atau disetir orang lain (maksudnya angkot) atau naik motor, di jalan bertemu dengan sesamanya. Dan bertemulah kondisi yang dinamakan macet. Udara pagi yang sejuk berganti menjadi bau timbal, karbonmonoksida yang menyesakkan dada. Di luar, semakin siang, Sang Surya yang sinarnya hangat terasa menyengat karena di'kompori' oleh racun mobil. Di dalam kubus berkaca, AC central yang sejuk tak mudah meredam naiknya adrenalin di tubuh para manusia itu. Teriakan peringatan deadline (atau deathline), kritik atas salah ketik, bawahan yang (terasa) tak bisa diandalkan.. Rrrrrgghhh tak mampu alfabet ini menjelaskan semuanya.

Sore hari, bumi sudah dua pertiga perjalanan rotasinya, kubus berkaca mulai kosong. Si aspal hitam kembali dikerumuni kotak-kotak beroda. Tidak jauh beda dengan pagi. Malah lebih parah. Pagi hari aroma sabun dan parfum menyerbak dengan ramahnya. Sore hari... (maaf, anda sendiri saja ya, yang nelengkapi deskripsi tentang aroma sore ini. Bukannya jijik, hanya saja saya khawatir termasuk ke golongan orang-orang yang memberi andil pada aroma sore ini).

Sampai rumah, sang buah hati sudah berpakaian rapi. Sang buah hati menjadi pengamat yang baik dari kubus (ternyata hidup kita dikelilingi kubus yah..) tiga dimensi berwarna. Si Mba' standby di depan kubus jua. Setia menanti instruksi yang terkadang direspon dengan setengah hati. Ayah - bunda lelah hati, fisik, dan otak. Mandi, makan, shalat, tidur, adalah list kegiatan untuk malam ini. Sang buah hati lupa pada pengamatannya. Keluarlah semua yang telah diredam di otaknya selama 12 jam siang tadi. Bernarasi tentang aktivitasnya, merajuk ingin sesuatu seperti yang dipunya temannya, Melambungkan angan dan prestasinya, semua keluar polos tanpa editting dan intonasinya tak dibuat-buat seperti di voice trainer. Entah kenapa, cerita indah yang takkan terulang itu menjadi bunyi bising di kepala ayah - bunda. Memilih untuk tidak marah, ayah - bunda mengiyakan saja semua ocehannya. "Ntaaar, Mama belikan", atau "O ya.. pintar." seperti pancasila yang bunyinya sama setiap kali dibacakan. Tanpa ekspresi, tanpa pegantian kata.


Satu dimensi...
Buah hati cukup senang (tapi tidak cukup puas) dengan ayah - bunda nya. Di kepalanya sebuah tanda tanya besar berisi kalimat "Ayah - bunda gak sayang aku. Kok aku ga boleh main dengan mereka? Aku disuruh main sama Mbak terus. Kata Mba', ayah - bunda harus istirahat, agar besok bisa kembali bekerja, mencari uang, karena mereka sayang aku."

Bintang gemerlapan. semua makhlukNya dibuai ke alam mimpi. Buah hati puas karena di alam bawah sadarnya, ia sedang berlarian sebebas merpati bersama ayah - ibu di taman. Tidak ada uang. Di sana hanya ada pohon, bunga, makanan, mainan, dan tawa lepas ayah - bunda yang memanjakannya bak raja.

Bulan semakin memperlihatkan jati dirinya. Ayah - bunda terlelap dengan alam bawah sadar yang masih menyaksikan tumpukan berkas di kubik ber AC dan pertemuan-pertemuan di hari esok. Buah hati, agendamu Sabtu-Minggu.

dedicated to all parents in town. It is right to earn much penny. And it is your child's right to get your gentle love.
dedicated to all children in town. Your parents love you so much. They just need more time to express it to you. Don't blame them coz they don't wanna play with you.

No comments: