spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Wednesday, July 22, 2009

Different Style

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Jadi ceritanya....

aku menulis email curahan hati, yang di dalamnya ada permntaan maaf juga atas kejutekan gwe. he..he..

Di email itu udah gwe tulis mengapa gwe bisa jutek, ada artikelnya juga yang menjadi latar belakang kejutekan gwe (gwe copaste bukan untuk pembenaran lho, gwe copaste untuk mencari letak 'penyakit emosi' gwe di mana, dan untuk disembuhkan). Pokoknya, isi email nya mah panjang banget deh.

dan tahukah saudara-saudara apa balasan hubby gwe???

ouhh... begitu menyentuh hati.. balasannya itu adalah ...:

Iya, makasih ya..muach….


whuaattt??? segitu doank? Sementara gwe mengharap ada wejangan bla-bla-bla atau apalah... ini mah sekelumit kalimat doank. pfiuuhhh...

Ya sudahlah. semoga kita saling paham dan terutama gwe, makin cerdas mengelola emosi.

Meja kerja jam 3.26
22 Juli 2009

Tuesday, July 21, 2009

One Stop Family

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Kalo dah berkeluarga itu, emang baiknya mendirikan keluarga secara utuh, sendiri, dan mandiri. Maksudnya, tak memakai campur tangan anggota keluarga yang lain.

Mungkin dilihat dari luar atau sikap sehari-hari, everything's fine. Tapi dalam hati... siapa yang tau? Palagi model keluarga gwe yang bukan tipe frankly speaking, dipendem dalam hati, tapi menjadi issue keluarga. Hadouhhh...

Dan ini fase yang sedang gwe lewati. Ga tau ya, apa karena suudzon atau apa terhadap my fam, dampaknya gwe jadi sering uring-uringan ke hubby. Per hari ini, per tadi pagi dah ngomel ke dia dengan bab 'bangun pagi, mandi lebih pagi". Topik kaya gitu sebenernya kalo diomongin ga pake urat bisa juga kok. Tapi dasar bawaannya jutek, ngomongnya teteup pake urat.

Di otak gwe, kayanya semua ketidaknyamanan yang gwe rasakan sekarang pangkalnya adalah dia. duhh Robb, padahal hubby ku juga memiliki tanggung jawab dan pikiran yang pasti jauh lebih berat dan besar daripada aku tho? Dan saiapa yang tau level ketidaknyamanannya atas aku (or my fam) terhadap dirinya? Tapi dari luar dia ebjoy-enjoy aja kok. Oohh... gimana ya biar gwe bisa sesabar dia? ga pernah marah pulak.


Yah.. itulah resiko kalo masih menumpang di cluster ortu permai. 2 sisi mata uang siyh, ada enak, kadang ada ga nyamannya. Nah.. ketdaknyamanan itu yang kadang pencetusnya bukan dari internal pasangan itu, tapi dari eksternal pasangan itu.

Seperti biasa, gwe jadi pengen nangis. Bingung dan (agak) kesal !! Gwe harus menjadi penengah, sehingga semua pihak tetap nyaman pada posisinya masing-masing. Tapi.. plis deyh... gwe aja rasanya capek banget, mikirin macem2 dan ngejalanin hari-hari yang (kadang) gwe ga punya tujuan terhadap hari-hari yang gwe lalui.

Ohh Rabb, kasih aku petunjuk Rabb.
Maafin aku ya.

Meja kerja jam 12.24,
Selasa, 21 Juli 2009