spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Wednesday, January 31, 2007

Hujan

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Dari malam sampai pagi ini Jakarta hujan deras.
Yang kusuka tentang hujan (Its natural Atmosphere) :
1. Adem
2. Bunyi air jatuh ke tanah
3. Bau debu yang tersiram air
4. Cahaya petir yang kalo lagi nge-flash, keren bangets. tapinya dia mengandung ribuan volts.. :(
5. Pelangi sehabis hujan
6. Bulir-bulir air di daun dan di kaca rumah atawa kaca mobil, keren bangets
7. Pohon yang kelihatan seger karena kesiram air hujan.
8. Saat hujan deras adalah saat doa diijabah (sorry, ga tau hadist nya. Aku denger dari seniorku di kampus)
Yang kulihat tentang hujan (Its Civillian Condition) :
1. Jalanan jadi tampak sepi (iyalah... males aja kalee jalan-jalan kalo lagi hujan). Mobil mewah dan angkot butut jadi senasib sepenanggungan. Mesin kena genangan air, cat mobil kena air hujan yang mengandung garam, macret. whew... terlihat egaliter kayanya.
2. Anak-anak ojek payung yang 'tahan banting'. Kayanya mereka ga pernah sakit walaupun hujan-hujanan terus.
3. Semua wanita, baik yang nge-ladies atawa tomboy jadi kudu 'fight' menyelamatkan diri dari cipratan genangan air supaya tampilannya teteup chick.
4. Colorful payung yang cakep-cakep.
5. Pengendara sepeda motor yang tanpa dikomando memakai seragam kebesaran mereka (ponco) trus ngeriung menuhin satu jalur di bawah fly over.
6. Sodara-sodaraku yang kebanjiran. Hiks... :(
Yang membuatku bingung kalo hujan :
Kok identik dengan hawa malas ya? Bukankah lebih enak bekerja dalam suasana adem?
Intinya... Aku suka hujan.
Mentari cerah pun kusuka.
WA Lt. 11 jam 9.13
end of Januari 2007

Friday, January 26, 2007

Berkatalah hanya Di Kuadran Positif

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

"Gimana, udah ada panggilan dimana?", tanya seorang manager saat aku hendak memulai sarapanku di meja kerja.
"He..he.. belom niyh Pak. Belom ada yang panggil aku." Jawabku.

Trus... bla-bla - bla ... intinya aku diceritakan kalau di perusahaan subconnya vendor, salary bisa 4 kali gajiku sekarang. Menggiurkan. Biar bisa naik haji usia muda, ucapku. Dan Beliau dengan senang hati membantuku untuk 'menyalurkan' aku ke perusahaan subcon, dimana Beliau punya kenalan.

Truz...

"Kamu ngerti BSS?"
"Ngerti."
"Transmisi?"
"Belom."
"Coba kamu minta sertifikasi tentang ilmu ke-teknis-an dari training yang kamu ikutin. Pernah training kan?"
"Iya... Aku pernah ikut TecSys for non technical, trus Ericsson 3G pricing List."
"Nah... perlu tuh sertifikatnya. Soalnya kalo backgroundnya teknik, trus lingkup kerjanya di administratif aja, itu ga keterima dimana-mana. Kamu tau ceritanya I***l kan? Dia kan basicnya teknis, tapi karena dia kerjanya di sini administratif bikin dokumen, jadinya perusahaan ga mau terima dia. Dia udah kepanggil di E******N, T*******L, dah macem-macem tapi ga kepanggil."
"O gitu ya Pak..."
"Iya, soalnya dia dianggap belum menguasai segi teknis nya. Coba kalo kerjaannya dia kaya Radio Network Planning, transmisi, udah kepanggil tuh."

Truz... Beliau bercerita tentang anak bimbingannya, lulusan STM Telkom yang sempat 1 tahun join dengan Beliau di transmisi dan sekarang udah kerja di vendor di Pekanbaru.

Cool...

See the bold line?
Kalimat itu mengusik ketenanganku. cie...

Karena ... ada nada pesimis dan prasangka buruk di sana.
OK deyh... variabel ga diterimanya temanku di suatu posisi teknis kan emang banyak, mungkin salah satunya karena lingkup pekerjaannya bukan di technicalnya. Tapi tho itu bukan 100 % penyebabnya kan? Mungkin hm... apa yah, hal lain yang berkaitan dengan aptitude. Nah... that's the first. Dan belum diterimanya seseorang di suatu perusahaan itu bukan kartu as kalau dia ga bisa hidup sejahtera. Jutaan jalan menggapai sejahtera dan bahagia. Begitu kaaannn...

The second is, menurutku, kalimatnya akan lebih indah kalo dinyatakan seperti ini :
I***l masih cukup waktu belajar teknis transmisi atau radio, ia anaknya pintar, pasti bisa bekarier di tempat yang sesuai sama background nya. Walaupun tugasnya pernah administratif di dokumen PR, saya yakin dia tetap bisa menjalankan fungsi teknis, hanya perlu belajar lebih banyak.

Pfiuh... cape deyh.
Culture, atau apa ya?
Rasanya kita lebih sering diperdengarkan kalimat negatif.

Aku pernah baca buku hm... tentang motivation - parenting gitu lah ya, disitu dijelaskan, ada habit seperti ini :
Daripada ngomong : "Jangan jalan di tengah." jauh lebih baik bilang "Jalannya di pinggir ya...". Makna kalimat positif itu sejuta kali lebih memberikan ruang gerak daripada kalimat negatif.

So, mohon maaf...
Yuks kita biasakan habit untuk berkata dan bicara hanya di kuadran positif.


WA Lt. 11 Jam 8.41 26 Januari 2007

Friday, January 19, 2007

Merapikan Dua Hal

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i



Rasanya ini kali pertama aku menulis tentang sebuah fase yang namanya separuh dien. Kalo pra separuh dien, kayanya udah beberapa kali curhat atau share tentang itu. Semoga ini bukan termasuk tulisan 'sok tau' (secara sampai tulisan ini dibuat, aku belum memasuki fase itu).
Terinspirasi dari 2 buah blog, yang pemiliknya mengalami hal yang sama : divorce. Satu blog milik seniorku, satu lagi ya.. karena aku rajin blogwalking (instead of rajin kerja. halah!!!). Selain itu, karena melihat juga comment ke blog seniorku, yang ternyata sang komentator pun mengalami hal getir itu.
Saat membacanya tulisan getir itu, rasanya hati ini menjadi getir juga. Apa siyh yang kurang, istri yang baik (maap, kebetulan di 2 blog source ku, yangbertingkah nyeleneh itu pihak suami), udah dilengkapi dengan kehadiran buah hati, (huss... dapur orang siapa yang tau???). Kejadian seperti itu menjadi lampu kuning kelap kelip untukku untuk berani mengambil keputusan besar itu, dalam arti, aku diingatkan kembali tentang niat dan ilmu sebagai bekal menjalani separuh dien.
Niat...
Semua bergantung niatnya. Innamal A'malu bin Niyat. Banyak macamnya. Apakah menikah sekedar melegalkan relationship yang sudah terbina saja? Atas nama cinta (yang kadang ga disertai alasan logis untuk menentukan pilihan, pokoknya cinta aja deyh)? Untuk status kah biar ga terlihat 'menyedihkan' karena di usia sekian belum genap separuh dien nya? Atau apa?
Well... jawaban yang indah didengar adalah untuk mengikuti sunnah Rasul dan sebagai sarana ibadah. Tapi saat seseorang menyebutkan sarana ibadah, apakah sudah ada gambaran bagaimana breakdown nya??? Bagaimana meluruskan niat itu pabila ia sempat berbelok???
Ilmu ...
No doubt about this. ga cewe ga cowo, musti punya ini. financial, parenting, akhlaq / keshalihan diri, health, de el el de el el (kalo dijembrengin bisa 100 item neyh. Pokoknya banyak dech. :) ). Dan separuh dien itu ga hanya melahirkan anak. Ia melahirkan generasi yang akan membentuk sebuah peradaban. Bagaimana sebuah generasi Rabbani dapat lahir tanpa adanya role model dari pendahulunya?
Secara teknis, kalo nunggu jadi pakar, ya ga mungkin lah ya... Ilmu Allah itu luas dan tak berbatas, termasuk dalam urusan separuh dien ini. Yang konkret bisa dikerjakan (mulai saat ini) kurasa ... benahin niat, belajar ilmu separuh dien nya, belajar lagi, dan teruuuuuuussss belajar; bahkan sampai usia separuh dien nya berpuluh tahun pun belajar itu tetap musti diupayakan (hm... ga maksud sok tau. tapi ... kompie aja perlu upgrade, apalagi 2 manusia yang menyatu).
Perlahan dan pasti, niat dan ilmu itu aku benahi di dalam diri (taellah. huss.. kok taellah. Amien ...) Amien.


WA Lt. 11 5.14 19/1/2007
saat enggan pulang.

Thursday, January 18, 2007

Tulisan ke-100 ... Mencoba Evaluasi. :)

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Sejak sign up di Desember 2005, Alhamdulillah sekarang udah sampe tulisan ke-100. He..he.. Sumber datanya dari angka yang tampir di bagian archive per tahun, trus di break down per bulan. Oh ya.. dilurusin dulu, ini tulisan ke-100 yang dipublish di blog ini. Jadi ga termasuk yang draft, atau tulisanku di weblog lain (mis : wordpress / friendster blog)

Kalo secara statistik, berarti rata-rata dalam satu bulan terbit sekitar 7 or 8 tulisan. Kalo pernah baca di detik, disebut blogger produktif kalo dalam 1 bulan dia bisa tulis sekitar 10 buah tulisan. Hwa... berarti jauh dari produktif dunks. he..he.. ga masalah, Kalo buatku, nulis itu sebuah kesenangan, jangan jadi 'kejar setoran'.

Oh ya... Trus kalo mau dievaluasi, jumlah tulisan yang lebih dari 10 ada di bulan Maret dan November 2006. Kalo diinget lagi, dua bulan itu adalah bulan dimana 'episode'nya lagi hm... apa yah... episode unusual. (silent plizzz :) ). Mungkin bisa diambil kesimpulan kalo lagi di episode yang 'unusual', keinginan dan inspirasi nulis lebih banyak??? hm... ga juga.

Mengenai tema, kayanya semuanya campur aduk. Ada deskripsi (seperti tulisan tentang teman2 STAN), ada argumentasi (seperti 'kita bukanlah pemilik hati kita'), ada curhat (kangen yang mengendap, sebentuk kabar), ada lucu-lucuan (sepolos 2 polos; 1/2 avai). Kelihatannya seru, tapi kok terasa ga satu rel ya? he..he.. Trus, kepikiran akan lebih men'serius'kan blog ini di jenis tulisan yang berupa pemikiran aku (taellah... lagaknye kaya filosof aja Neng :P ). Bukan pengen kaya filosof, tapi karena pengen satu rel ajah. Selain itu, aku juga udah punya account di wordpress yang ceritanya tentang daily life meretas cita dan cinta yang ada unsur pembelajarannya (dikit...).

Kalo dari segi kecantikan, blog ini masih perlu make up. Sekarang make up nya cuma bedak. Sabar ya... aku juga pelan-pelan lagi belajar mempercantik blog. Udah beli bukunya tuh, udah mulai baca2 juga, dan... tinggal cari moment yang pas buat ngoprek2 (secara, kerjaan dan inspirasi nulis sering ngalahin kebutuhan untuk mempercantik blog. he..he..).

Dari segi pengunjung, hm... karena visitor counternya udah diilangin (seiring dengan bergantinya template), maka aku ga tau jumlahnya berapa. Eh... kalo boleh dianalisa, rasanya perlu 'komersial' lagi seyh... Coz indikasinya, comment2 nya aja baru dikit. :)

Gambar...
Ini yang rada ga telaten. He..he.. soale kalo mo pasang gambar, kudu browsing dulu, Dan kupikir kudu cari gambar yang 'serius' buat mendukung tulisan2 di sini (halah... segitunya). Beda dengan perlakuan di wordpress yang memang diniatkan ada 1 gambar ilustrasi untuk 1 tulisan. Karena tulisan di wordpress lebih ringan, jadinya gambarnya lebih flexible dipasang; maksudnya, gambar asal yang ga related langsung ke tulisan juga ga masalah. (kacaw mode : on). :P

Misstyped... Pengganggu yang musti direcovery. Aku tau banyak misstyped sih, he..he.. maklum, rada cuek, jadinya diemin aja. Berharap pembaca tau maksudnya (lagian, yang baca aku & teman2 doan kayanya. Belom laris neyh he..he..). So, ke depan, kudu aware terhadap misstyped. Okay !!!

Hm... Kurang lebih itu yang bisa dievaluasi.

Moga ke depannya, blog ini bisa kasih inspirasi kebaikan buat diriku, dan orang lain. Amien...
Well, a thousand miles journey is started by a tiny step kan ya...
Moga ini jadi amal jariyahku kelak. Amien...


WA Lt. 11 Jam 1.12 Hari ultahnya Molin, 18/1/2007.

Wednesday, January 17, 2007

Sebentuk Kabar

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Dan memperjalankan masa lalu ke titik 0 adalah hal yang belum berhasil kulakukan
Ceritera itu masih (dan kerap) mendatangiku
Bahkan pada suatu saat kerapuhanku, aku ingin memperbaharui masa lalu yang usang itu
Tapi untuk apa?
Apakah ada serpih kebaikan tersisa di sana?
Entahlah...

Dan nampaknya
Perjalanan maju adalah pilihan terbaik
Tidak menengok, pun menoleh sedikit

Namun jika sebentuk keinginan boleh hadir di sisiku
Aku hanya ingin sebentuk kabar tentangnya
Maaf, Bukan sebentuk kabar darinya

Semoga kabar itu bersesuaian dengan harap yang kupinta padaNya
Amien

WA Lt. 11 7.25 17/1/2007 (sehari menjelang Milad Molin yang ke-26).
dedicated to a person who (had) gave me that story of my life.

Tuesday, January 16, 2007

Lihatlah Ia dengan Hati Bersih

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Alhamdulillah atas kesempatan yang dikasih Allah, sehingga aku bisa bekerja (dan belajar beragam hal) di perusahaan yang (kata orang siyh...) bonafid. Aku belajar bidang pengetahuan baru, belajar bagaimana dealling dengan mood diri sendiri (mencoba teteup kasih performance yang bagus walaupun semangat lagi drop), dan yang pasti ... belajar nge-klik dengan partner kerja yang belum tentu klik-an nya sama dengan aku. (halah... apaan siy????)

Contohnya gini Ada di antara kita yang melihat suatu kesalahan sebagai 'kesalahan', dan menunjuk bahwa si 'pembuat kesalahan' yang harus bertanggung jawab dan membenahi semuanya (kita sebut ini sebagai orang tipe A ya). Nah, tapi ada juga yang melihat suatu kesalahan, sebagai pelajaran buat semuanya, sehingga yang musti dilakukan adalah cari solusi bersama. Dengan catatan ya... kesalahan yang diperbuat bukan sesuatu yang disengaja, dan hal itu memang belum dipahami oleh beberapa orang.

Misalkan kita di pihak pembuat salah. Ketemu dengan orang tipe A, tentu aja bikin kita sebel (secara, pastilah kita feeling guilty, ga usah lagi deyh ditambahin bla-bla-bla. Bikin bete). Tapi... nobody's perfect. Kalo kita bete, makin runyam aja. So... Kalo ketemu model orang tipe A tadi, ya sudahlah... dengerin apa kata dia, dan coba lihatlah dia dengan hati bersih. Bisa jadi, dia (si tipe A) itu menjadi disulitkan pekerjaannya karena kekhilafan kita. Jadi, reasonable kan kalo dia nge-bla-bla in kita.

Kalo kita lihat (si tipe A) dengan hati bersih, malah kita akan tambah ilmu. Kita ga berorientasi sama 'blackspot' yang ada di hati, tapi kita malah berfikir 1000 cara untuk memperlancar semua proses kerja si tipe A itu. Dan hasilnya, mungkin kita baru paham, ooo... ternyata alur kerjanya begini tho. Ooo... ternyata cara kerja sistem ini begini, kalo ada salah, ngakalinnya begini, de es te.

Nothing's perfect in this world. And everything could be better from that imperfectness (bener ga neyh spellingnya???)

WA Lt. 11 16/1/2007 lagi lembur, setelah waktu maghrib.

Monday, January 15, 2007

this noon

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Sore ini, menjelang pulang (walopun sebenernya kerjaan masih betah nemenin aku di sini), aku pengen banget nulis, Entah apalah... Pokoknya pengen nulis. Eh, lucunya, rasanya belum ada sesuatu yang pengen aku share untuk ditulis di sini.

Mungkin nanti, sepulang kerja atau di perjalanan, insya Allah aku menemukan sesuatu yang bisa jadi 'jeda'; sehingga dengan berhenti sekejap / memberikan ruang kosong / menempatkan spasi; aku bisa menikmati pembelajaran yang lain.

Amien.

WA Floor 11 15/1/2007 3.38 PM

Antenna

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Pagi di Senin ini, masih ada beberapa dokumen yang perlu didatabase (secara e-file nya belom jalan). He..he.. tapi, biar otak seger, mendingan nulis dulu kail yea

Mau flashback hari Kamis yang lalu, saat aku dan seorang teman jalan untuk beli sarapan. Sebutlah nama temanku Didi. Sewaktu kami jalan, kami berpapasan dengan seorang wanita berpakaian muslimah rapi berwarna hitam.

Setelah melalui nya, Didi berkata padaku, "Dianti, kalo loe pake jilbab warna hitam, jarum pentulnya jangan warna putih ya, kaya antenna. Hm... kaya Mba tadi tuh."

=)) Hwaaa..ha... kami ketawa sumringah. Bisa aja si Didi. Perhatian pula sampe ke jarun pentul (secara, aku ga perhatian apa warna jarum pentulnya). He..he.. jangan-jangan si Didi suka perhatiin kalo jarum pentul yang aku pake selalu default warna putih, apapun warna jilbabnya.

Ini bisa jadi bahan evaluasi. Bahkan hal kecil pun bisa membuat penglihatan kita ga nyaman. Ya, contohnya si jarum pentul tadi, Benda itu kecil bangets, tapinya disematkan dimanapun bisa selalu terlihat yah. ha..ha..

So... buat kita-kita, ga ada salahnya kita coba memberi perhatian yang lebih ke hal yang detail. Seperti Ibuku, Beliau sangat perfeksionis dalam urusan penampilan. Bahkan -maaf- daleman jilbab pun musti senada dengan warna jilbab yang dipakai (kalo aku siyh, merasa aman dengan warna netral seperti putih, hitam, atau coklat. he..he.. ). Dan memang, walaupun rasanya 'rada ga penting', tapi bisa terlihat jauh lebih rapi dan enak dipandang.

Siapa yang mau menghargai diri kita sebelum kita sendiri? Danbukankah, Allah itu indah dan menyukai keindahan???

Ayo... Mulai rapikan diri dan pelihara kecantikan yang sudah dikasih olehNya.

WA Floor 11 8.00 15 Januari 2006
PS : Ga berasa ya, udah setengah bulan di awal tahun.
Time passed fast.

Friday, January 12, 2007

Di Satu Pojok Tengah Kota; Sebuah PR Untuk Pelayan Umat

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Kamis pagi, saat mengantar teman beli sarapan di 'Gang Senggo' atawa BDN Street. Sekitar jam 07.30. PKL yang pada siang hari berbaris merapat di jalan tersebut belumlah datang semuanya.

Trus, aku ngobrol sama seorang wanita (hm... kira-kira 30 an tahun, pake kaos yang 'pas' (ga ketat) dengan tubuh mungilnya, pake celana panjang hitam, dilengkapi dengan tas pinggang hitam pula. Dia berjualan -maaf- pakaian dalam wanita, pria, dan anak-anak.

Dianti (D) : Pagi-pagi udah beberes Bu.
Ibu PKL (P) : Iya, ntar biar jam 10 udah rapi, kalo kita mulainya siang, ntar keteteran.
D : Seru ya Bu dagang begini (duh... empty talks mode : on)
P : Iya Mba ... Ya.. Alhamdulillah lah, namanya juga rejeki, musti begini.

tanpa perlu kukorek lebih jauh, meluncurlah narasi tentang sepak terjang dagangnya si Ibu PKL.

P : Dulu mah enak Mba, saya di Pasar Baru.
D : Sebelah mananya Bu?
P : Di Gang, deket Bakmi Gang Kelinci. Wah, di sana mah enak, hampir tiap hari ada aja yang mampir.
D : O iya Bu... Rame tuh, apalagi Sabtu Minggu, orang pada keluar kan..
P : Iya ... enak, rame.
D : Trus, pindah kenapa?
P : Katanya siyh untuk penertiban kota. Jadi kita ga boleh jualan lagi di sana.
Aturan kalo mau ditertibkan, kita mau kok ditampung, dirapiin di satu tempat. Kita malah disuruh ke Tanah Abang. Di Tanah ABang sewa setahun Rp. 20.000.000, belom lagi ngegaji pegawai, sehari 20.000; yang ada mah saya yang nombokin Mba.
Pernah juga disuruh jualan ke Monas.
D : Lho??? Siapa yang mau beli?
P : Iya Mba. Emang Monas sepi banget. Ya udah deh... Akhirnya kita jualan di sini. Namanya juga Rizki.
D : Eheh. Iya deh Bu (langsung pamitan, secara temanku udah kelar beli sarapan). Yuk Bu.. Sukses ya...
P : Ya Mba.

Itu baru satu pojok Jakarta. Baru 1 PR. Masih terpetakan ribuan pojok dengan karakter komplexnya masing-masing.
Agustus 2007... Akankah Beliau yang terpilih adalah seorang yang amanah, yang dengan niat tulus ikhlash 'merapikan' pojok-pojok Jakarta untuk menjadi Jakarta yang Madani yang kita impikan semua?
Allahu A'lam Bish Showab.
Moga Allah menjadikan kita : Jundi yang mentaati Qiyadah yang baik. Amien...


WA Lt. 11 12/1/2007 12.13 PM

Thursday, January 11, 2007

Satu Paket

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Dalam sebuah perjalanan pulang, aku bersama temanku (sebutlah namanya Inda) membahas tentang sebuah blog milik temannya Inda. Inda punya seorang teman (sebutlah namanya Boy). Boy bekerja sebagai editor di sebuah majalah, hobi fotografi, menulis, travelling. Alhamdulillah, pekerjaannya pun menuntut dia untuk sering travelling untuk meliput atau men-shoot sesuatu.

Blognya Boy manis (maaf, tidak aku publish di sini dan tidak aku link). Foto-foto yang dipasang bagus, dan tulisannya menggunakan bahasa yang ringan tapi mengena. Dia bahkan bisa membuat tulisan yang berisi dari shoot-an teh celup yang biasa diminum tiap pagi olehnya.

'Alaa Kuli Hal, banyak orang yang suka tulisannya dia. Secara personality, mungkin bisa terbaca kalau karakter pria ini adalah sensitif dan lembut. Bahkan, Inda pun pernah 'in love' dengan tulisan-tulisan Boy bahkan sebelum mereka kopdar. Dan... sepertinya hidupnya Boy sangat sempurna. Pekerjaan mapan dan sesuai dengan hobinya dia, banyak melihat hal-hal indah di dunia, bahkan bertemu dengan orang beragam karakter dari seluruh bagian dunia. Subhanallah... sounds perfect.

Tapi, tahukah kita bahwa dibalik semua hal indah yang mengelilingi Boy, ia juga dilengkapi sepaket ujian dari Nya? Orang Tua Boy bergantian menderita sakit 'kanker', Dan Boy, sebagai anak yang masih di rumah (saudaranya sudah berkeluarga, dan ada yang tinggal di Jepang) tentu saja menjadi 'tumpuan' dalam mengurus orang tuanya. Entah ini efek domino karena ia sibuk bekerja dan mengurus orang yang paling disayanginya, (yang jelas ini adaah sebuah destiny juga dariNya) menginjak usia 36 tahun pun ia masih menanti (dan mencari) pelabuhan hatinya.

The point is ...
Everything is so perfect and balance , created by God.
As an 'Insan Sejati', each of us is completed by a package of happiness and tests.
If U found something so perfect, that means you haven't found its perfect itself.

WA Lt. 11 jam 4.08 PM 11/1/2007
Senja Menjelang pulang,
di rentang waktu kala kerinduan itu kerap mendatangiku.





Tuesday, January 09, 2007

enak ga enak

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Pernah ga, ngajakin makn siang seseorang ke suatu tempat, trus jawabannya
'Ah... sate di situ ga enak. enakan di tempat X.'
'Gwe belom pernah tuh nyobain mie ayam di situ. Enak ga?'

Atau setelah pesan makanan, dicobain dikit, trus komentar :
'Mie ayamnya ga enak.'
Dan setelah itu, sisa mie ayam yang masih banyak berakhir di waste basket. :(

Maybe this is a usual thing, and I am really sorry to pay much attention about this.

Begini...
Buatku... makanan itu opsinya : enak dan enak banget. Kalo kira-kira ada bentuk makanan yang ga familier secara 'penglihatan' dan 'penciuman' ku sebelum lidahku merasakannya, maka aku akan membiarkan makanan itu di tempat sajinya saja.

Trus, kalo misalkan makanan itu sudah sampai di piringku, dan mungkin rasanya kurang direspond positive oleh organ yang namanya lidah, aku memilih untuk konsisten bersungguh-sungguh menyelesaikan misiku (ngabisin makanan tersebut).

So... Kalo ada komentar yang negatif tentang makanan, hm... aku merasa risih mendengarnya. Itu kan rizki yang perlu kita syukuri. Wajar banget kalo memang racikan makanan tersebut bisa terasa aneh di lidah kita; tapi yah... better keep silent kali yea.

The point is ... even a little thing need tobe thanked to Allah.
So that Allah will give more delightful to us. (As stated at QS, Ibrahim : 7)

Allahu A'lam bishShowab.


WA Lt. 11 3.55

This Year Forward

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Terinspirasi dari blognya Mba Cita, rasanya aku perlu men-state kan hope & dream ku, mulai dari saat ini ke depan.

Aku berupaya :
-Setiap hari aku mengerjakan sesuatu yang ada manfaatnya buat diriku.
-Tiap hari aku meretas jalan untuk meninggalkan jejak kebaikan untuk diriku ataupun orang lain.

Amien ...
Moga dikuatkan dan diistiqomahkan.
Secara, tidak istiqomah atawa inkonsisten adalah godaan yang paling besar untuk 'kepleset' dan 'bubar' dari tujuan awal.


WA Lt. 11 9/1/2007 jam 7.22

Tuesday, January 02, 2007

Aku Merasa Tua

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Perasaan ini datang sekelebat tanggal 1 Januari 2007 kemarin. Nop... DI sini ga mau bicarakan tahun baru dan segala introspeksi diri dan target-target yang perlu di-arrange lagi. Udah banyak yang berkontempelasi untuk hal yang satu itu.

Aku merasa tua karena ... melihat generasi yang sekarang berbeda dengan zamanku.

Gini ceritanya.

1 Januari 2007, aku, 2 orang Tante, dan 3 orang sepupuku makan siang di sebuah restoran Bakso Malang.

Trus, di sebelah meja kami ada 2 orang ABG putri, tanpa didampingi orang tua (atau Ayah Bunda mereka mungkin sedang ke tempat lain???). Mereka cantik, dandanannya juga ciamik. Ehm... walopun, aku dan sepupuku punya pendapat, style mereka siyh lebih dewasa daripada usia mereka sesungguhnya.OK.. trus, ehm, entah kenapa , mereka bisa menjadi sangat 'eye catching' untukku dan sepupuku. Ada sekian time slot yang kami gunakan untuk melirik meja mereka (chape deyh)

Trus... Jadi mikir ke 10 tahun yang lalu, dimana aku masih ABG, masih SMP. Zaman itu, mall memang belum menjamur kaya sekarang. Kalopun kita pergi ke mall di hari libur, perginya pastilah sama Ibu / Bapak. Kalo sama teman, biasanya di hari Sabtu, dengan seragam kemeja yang sudah diganti dengan kaos dan muka polos pula. Kegiatan kita pergi ke toko buku, lihat toko kaset, makan burger di tempat fastfood yang harganya masih bisa dirogoh kocek sendiri; (emang siyh... bibit hedonis udah mulai muncul, tapi dibandingkan yang sekarang, sepertinya zamanku belum neko-neko.) trus segera pulang sebelum matahari terbenam.

Sekarang , aku melihat realita yang sedemikian dan hm... kok merasa beda sekali dengan zamanku. OK... pada masaku, kami bukanlah generasi anak SMP terbaik. Kami hanya pikirin sekolah, ekskul, OSIS; kami ga kepikir bagaimana memproduksi sesuatu dimana uangnya bisa kami manfaatkan untuk biaya kursus, atau at least buat jajan sendiri (seperti remaja kebanyakan di USA). Tapi .. pada 10 tahun yang lalu, kami berprilaku dan berpenampilan seperti layaknya usia kami (malah cenderung cupu kayanya. ha..ha..).

Dan, 10 tahun... gap generasi itu begitu lebarnya. Apa aku yang kurang gaul, atau konservatif, yang jelas, bukanlah suatu hal yang nyaman melihat adik-adikku seperti itu di zaman sekarang.

Ya Rabb, aku bisa apa?
Trus, bagaimana aku membentuk putra-putriku kelak di zaman mereka nanti?
Apa yang musti dibenahi?
Dari mana membenahinya?
Aku rindu melihat gadis imut (alias tidak dikarbit penampilan fisiknya; Kalo keilmuan dan identitas diri, aku sangat setuju dengan adanya akselerasi. Agar mereka bisa bangga dengan statement : Isyhadu Bi Anna Muslimun)dengan tampilan polos mereka, pembicaraan seputar pelajaran sekolah atau kegiatan PMR atau Mading, dan lain-lain.

10 tahun ...
So many changes ...
Ga tau downgrade ato upgrade.


WA Lt 11, 2 Januari 2006 jam 7.32 AM