spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Monday, July 31, 2006

Nominally_Uncountable (Tidak Terukur secara Nominal)

Suatu hari Di kantor, lagi ngobrol dengan seorang staf wanita ...
"Wah, rejekinya Pak A bagus tuh. Anaknya dapet suami orang Siemens, sekarang lagi di Jerman."

Suatu pagi di jemputan, ngobrol dengan teman sesama anak kontrak ...
"Bo-Nyok gwe tuh pengennya yang udah mapan, kerjanya mantap. Cowok gwe yang sekarang emang belom tetap penghasilannya. Tapi dia serius dan ngerti tanggung jawabnya. Kalo tunggu yang mapan, punya mobil, punya rumah, mao berapa tahun lagi?"

Suatu hari lagi seru-seruan bercanda sama orang rumah ...
"Kemaren kamu ikut tender ga kenalan sama orang vendor? Lumayan tuch kalo dapet orang vendor"

Mao bicara apa ya?

Ternyata kebendaan masih menduduki peringkat atas dalam kriteria menemukan soulmate.
Ga salah... Memang musti begitu. Musti realistis. Memangnya bisa, rumah tangga dibangun hanya atas dasar idealisme, cinta, dan saling pengertian?
Anak perlu sekolah, gizi yang bagus, rumah yang nyaman untuk ditempati, kendaraan untuk memudahkan mobilisasi, semuanya membutuhkan 6 karakter yang bernama -M-A-T-E-R-I-
Wajar dan manusiawi.

I am 100 % totally agree

I also have another side of thinking ...

Reflect to myself.

Pabila (nantinya) aku melabuhkan hati pada seorang Rijalush Sholihin yang bukan termasuk golongan aristokrat, bekerja di perusahaan lokal, yang (sedang) fight untuk keluarga yang akan dibentuknya, dengan impian membangun rumah tangga yang dinaungi RidhoNya, kuyakin, kebahagiaan itu tetap hadir di sisiku.

Mungkin jasadnya hanya berpindah ke lain tempat di kota yang sama;
Tapi angan dan citanya membumbung ke langit tinggi; dan ia terus terbang menggapai cita dan angannya.

Mungkin dia adalah seorang karyawan perusahaan lokal;
Tapi semangatnya untuk fight mengalahkan semua teori SDM yang diterapkan di perusahaan multinasional.

Mungkin dia adalah seorang dengan take home pay rata-rata staf di kota ini;
Tapi cash-flow nya pada 'The Needed' berbicara bahwa ia seorang 'The Have'

The point is ...
Please, Berusahalah menjadi orang yang memperbanyak variabel dari suatu fungsi yang bernama 'kebahagiaan'. Rizki Allah luas, nominally-uncountable.

Setengah 1 siang di Wisma Aantara lantai 11 di penghujung Juli 2006.
Saat kemantapan itu sempat hadir dan tenggelam ... Ya Rabb, mudahkanlah ...

Dedicated :
Tuk para Rijal yang selalu menggapai kesholehan diri...
Yang berazzam tuk bersegera menggenapkan separuh diennya.
Jika kemantapan itu sudah hadir,
maka majulah dengan menyodorkan akhlak kalian yang karimah,
dan pembuktian bahwa engkau sudah sanggup memikul tanggung jawab secara moril-materil sebagai Qawwam dalam suatu kembaga yang sakinah mawaddah wa rahmah.







Wednesday, July 12, 2006

rehat sejenak

Pfiuhhh...

Ngantuk berat.

skarang lagi Jam 2 siang, kantor sepi (coz lagi pada ikutan presentasi 3G dari Alcatel & Ericsson & di 4 season Kuningan), Bos ga ada.
Kelar makan siang; shalat juga udah, lagi nyambi beres-beres dokumen sambil ngeblog.
Tadi malem bobo nya jam 11.30; wake up jam 4 & get up 5.30 (walah...).

Ngantuk ini ga sembarangan deyh kayanya. Biasanya bisa terobati dengan cuci muka atawa cuci tangan. Tapi ngantuk yang sekarang, kudu dialemin pake secagkir kopi susu.

Apa ada yang salah sama metabolisme gwe ya?
Kalo dievaluasi lagi, olah raga ga pernah; asupan gizi juga kayanya ga seimbang (lack of fibre niyh). No wonder jadi ga fit begini.

OK deyh... back to work (kalo istilahnya wiky : cari duit lagi. hwa..ha..).

WA Lt. 11; 12/07/2006 around 2 PM

Monday, July 10, 2006

Episode Tawadhu' di Senin Pagi

Senin pagi, setelah sarapan di meja, kutuju pantry untuk mencuci sendok yang telah kupakai. Di dalam pantry, sudah ada seorang Bapak Manager sedang mencuci piring dan sendok yang telah ia pakai.

"Ya Mba' ..." sapa Bapak itu saat aku masuk.
"Ya Pak, ..." sahutku.
"Tadi saya pake bersih, sekarang saya kembalikan juga harus dalam keadaan bersih (sambil terus menggosok sabut hijau ke piring melamin yang telah ia pakai). Orang-orang banyak yang bisanya cuma pakai aja".
"Iya Pak... ga enak rasanya yah, orang lain mencucikan piring kotor bekas kita sendiri." Sahutku.
"Iya.... Yuk Mba (sambil meletakkan piring melamin dan sendok yang sudah kinclong setelah dimandikan sunlight).
"Ya Pak..."

Alhamdulillah... sebuah contoh tawadhu' yang konkret. Di kantor ini, sebuah hal yang biasa apabila kita selesai menggunakan piring / sendok, trus langsung diletakkan saja di tempat cuci piring pantry, tanpa dibersihkan. Nantinya toh kan dicuci juga oleh dua orang Pak Office Boy yang bertanggung jawab terhadap pantry.

Tapi... Pak Manager ini menunjukkan suatu teladan yang bagus. Sebuah filosofi bagus : Saya pinjam dalam keadaan bersih, dan kembalikan juga dalam keadaan bersih. Tidak terbersit bahwa mencuci sendok / piring kotor adalah dominasi petugas office boy.

He..he.. Lain Pak Manager, lain aku. Alhamdulillah aku adalah orang yang selalu mencuci piring / sendok bekas kupakai. Tapi alasanku cetek. Aku siyh kasian aja sama Pak Office Boy... Gak tega rasanya membiarkan mereka membersihkan bekas piring / sendok bekas kita makan. Hm...

WA Lt. 11 jam 8.30an pagi; 10 Juli 2006.
Great Respect to Mr. Setiadi Julianto, Manager di Divisi Planning Integration

Thursday, July 06, 2006

Dua Kabar dalam Satu Minggu

Subhanallah... yang telah memutarkan roda kehidupan ini, sehingga dinamis dan bertabur hikmah.

Dan jalan hidup seseorang (termasuk jalan hidup kita) adalah misteri terindah yang diciptakan olehNya. Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi esok. Bahkan, apa yang akan terjadi pada hati kita pun tidakpernah kita tau.

Oups... kayanya preambule nya kebanyakan.

Kabar Kesatu

Singkat cerita, pada suatu Senin malam yang cerah, bermotor dibonceng sepupu, kami menuju warnet langganan. Sepupuku dari Surabaya, ingin membuka pintu rizkinya di Jakarta; dan dia menanyakan warnet langgananku. Kebetulan, warnet itu berdekatan dengan suatu komplek perumahan seorang teman lama. Yah.. teman SD ku. Berhubung belum terlalu malam, kuajak ia memutari komplek perumahan itu. Kucoba mencari rumah teman lamaku. Berputar-putar mengelilingi komplek, kami ga berhasil menemukan rumahnya (mungkin... karena aku juga bingung, banyak yang telah berubah di daerah situ.). Kami menemukan wartel, trus ... mengalirlah percakapan berikut :

Dianti (D) : Permisi Bu
Bu Wartel (BW) : Ya Mba, ada apa?
D : Hm... saya cari Blok C, disini dimana ya?
BW : Blok C mah di Pulo Gebang Permai; Di sini Pulo Gebang Indah, Blok nya Blok J sama K.
D : O gitu.. hm berarti Blok C . he..he.. lupa juga
BW : Cari rumah siapa Mba?
D : Rumah teman lama
BW : siapa?
D : Teman SD SMP saya sih, namanya I. Punya kakak namanya D, punya adik namanya R.
BW : Oo.. anaknya Pak T, mereka mah udah pindah; dah lama. D kan udah meninggal.
D (shock) : Ooo Innalillaahi... kenapa Bu? kecelakaan?
BW : kan narkoba. Udah 5 tahun yang lalu.
D (shock than before) : Ooo .. Masya Allah. Eh.. Hm.. Saya malah denger I yang kena narkoba Bu. Taunya D ya.
BW : Iya... mereka berdua kena narkoba.
D (speechless) : Ya ampun ...
BW : Sekarang Pak T juga lagi sakit keras.
D : Ooo.. Hm... masih suka contact ga Bu? Tinggalnya sekarang dimana ya?
BW : Udah ga tau lagi.. Dah ga ada kabar. Denger-denger sih tinggal di Tangerang. Rumahnya dijual.
D : O gitu. Hm.. iya deh Bu. Makasih ya Bu, mari ....

Pfiuhhh... Hatiku Bagai air yang masuk ke wajan berisi minyak panas. Bunyinya nyess, berdesis, ga enak didengar. Aku dan sepupuku kembali menyusuri jalanan konblok komplek itu. Sambil ditemani derai angin lembut yang menemani nyess di hati.


Kabar Kedua

Di hari Sabtu, pekan yang sama dengan Kabar Kesatu; Bermula di suatu malam, ada telepon dari teman SMP. Ia ngajak berangkat bareng untuk acara Aksi menentang agresi Israel ke Palestina. Singkat cerita, kesepakatan tercapai. Janjian di depan komplek Pulo Gebang Permai hari Minggu jam 6, trus naik metro mini T 44, lanjut Busway turun Istiqlal.

Di Minggu pagi itu, entah kenapa, aku mendadak jadi gugup. Akan bertemu teman lama (teman SMP) dengan penampilan masing-masing kami yang jauh berbeda. Yah... Alhamdulillah, kami berdua telah 'terdampar' di dunia yang sama. Suatu dunia yang indah yang melandaskan persaudaraan berdasarkan 1 faith. Dimana ras, geografis, status, dan kriteria kebendaan lainnya menjadi tidak berarti.

Menunggu sesaat, muncullah sesosok akhwat anggun berjilbab putih. Ia tetap sederhana, manis, sama seperti 10 tahun yang lalu saat aku mengenalnya. Subahanallah ... 10 tahun berlalu, kita jalani hari-hari kita. Sekat goeografis antara Depok - Grogol ternyata menyimpan sejuta kesamaan langkah. Kita menempuh langkah yang sama (insya Allah) dan kuharap Allah memberikan kekuatan pada kita untuk istiqomah di jalan tak berujung ini.



Dua kabar dalam satu minggu.
Yang saling berbeda ...
Saling memberikan pembelajaran ...

WA Lantai 11 jam 10 an tanggal 6 Juli 2006.