spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Friday, October 24, 2008

Kurang Goceng dan Mie Ayam Rp. 15.000

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Korupsi ataw nileb yang bukan haknya sudah mendarah daging di level sekitar kita. Berikut reportasenya.. (halah...)

Di sebuah SPBU di Kampung Melayu, hubbyku membeli bensin seharga Rp. 21.000. Uang untuk membayar menggunakan RP. 100.000 an. Kembaliannya jadi 'banyak' dunks (maksudnya banyak kertasnya; nilai intrinsiknya kurang dari 100.000 sedangkan nilai ekstrinsiknya lebih dari 100.000 . Itulah sistem keuangan kapitalis). Setelah menerima kembalian, hubby ku yang sangat cerdas di life - skill menghitung kembaliannya. Trus dia bilang, " Kurang giceng niyh Mang." Dan, langsung saja si petugas SPBU menyerahkan gocengan kekurangan itu.

Dari kejadian ini, semoga ini tidak su'udzon, ada something wrong dengan petugas SPBU itu. Andaikan hubby ku ga menghitung uang kembalian, mungkin dia udah bisa nileb si gocengan itu. Nah, karna ketahuan kurang goceng aja jadinya ngembaliin lagi. Kalo si petugas salah hitung, ga mungkin, coz kalo dia salah ngitung, dia akan ngambil gocengan itu ke laci uangnya dahulu. Lha wong ini gocengannya udah standby kok.
Sigh... cukup tau lah. Berhubung ga ada aturan mengenai korupsi atau nileb ga saklak dan ga ada yang 100 % galak mengawasinya, maka kita sebagai WNI kudu menjaga diri sendiri. SOS lah (Save Our own Soul).

Hampir setipe dengan kejadian itu, kemarin juga menimpaku.

Kemarin hubby shoum Senin - Kamis, dan untuk buka, dia memilih menu mie ayam yang emang terkenal enak dan banyak dan murah yang lokasinya dekat kantorku. Harganya cukup Rp. 6.000. Biasanya, aku membelinya sekitar jam 3, biar masih enak jika dibawa pulang. Berhubung kemarin hujan, maka aku meminta jasa OB untuk membelikannya. Aku membawakan uang Rp. 15.000. Dan dengan pesan sponsor, "Kalo kamu mau, beli aja yah..." . Saat menginstruksikan pesananku, ada OB lain yang berisik ikutan request minta dibelikan juga. Ya.. aku siyh ketawa ajah.

Beberapa menit berlalu, dan Alhamdulillah si mie ayam itu datanglah jua. Si OB menyerahkan kantong plastik hitam ke aku, dan memastikan "Kuahnya dipisah kan ya mba?", dan kubilang "Iya. Makasih ya."

Tanpa basa-basi lagi (misalnya, nyerahin uang kembalian atau ngelaporin berapa uang yang dipakai beserta sisanya atau ngelaporin penggunaan kembalian mie ayam), si OB langsung pergi dengan senyum ke tempat dimana ia bersanding semula. Walah rek... Mie Ayam-e hargane larang tenang tho.

Sigh...
Ga masalah jika ia ingin menggunakan uang sisa mie ayam untuk apa. Tapi, please bilang dunks, misalkan .. "Mba, harga mie ayam sekian, yang sekian untuk beli xxx, yang sekian untuk rokok ya mba." Nah... gitu kanlebih enak. Biarpun ibaratnya aku 'di-pungli-kan', tapi yangpenting kan tau sam atau.

Ooh... sudahlah. Memang kita harus mandiri di segala aspek kehidupan untuk menghindari model2 macam gini.

Moga ini bukan termasuk bakhil.

WA Lt. 11 jam 9.45
24/10/2008

No comments: