Menuliskan apa yang terlintas di pikiran, terbersit di hati, terekam indera, dan terlintas di angan.
spasi spasi
Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.
Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.
Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.
Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju
Tuesday, April 04, 2006
The Warm Evening Sillhouette
Bumi sudah setengah perjalanan memutari porosnya. Matahari yang ramah memamerkan kilau emas yang sumringah. Saat menembus awan, kilau itu bagai sebuah siluet yang dilukis oleh Sang Maha Karya Alam Semesta ini. Siluet senja, siluet yang hangat. Siluet yang menjadi alarm visual untuk menghentikan sementara dinamisasi yang tak berujung.
Masih ditemani siluet senja yang hangat, jarum jam analog melangkah pasti bergerak dari angka lima ke enam dan terus berjalan. Lalu lintas Jakarta mulai penuh, semakin banyak dikerumuni insan-insan yang tampak lelah walau berbahagia. Perlahan tapi pasti, gedung yang tampak pongah berdiri namun ringkih itu ditinggalkan para commuter.
Siluet senja yang hangat itu seolah bertutur dalam bisu...
Wahai insan,
Kejarlah anganmu secepat yang kau inginkan
Di saat kau berlari, ingatlah mereka yang membutuhkan sentuhanmu
Pikiranmu, hatimu, tubuhmu, keluargamu, orang yang kau sayangi
Mereka butuh sentuhan cinta darimu
Dan kau pun butuh merengkuh cinta dari Rabbmu
Siluet senja yang hangat itu tak tahu adakah insan yang menyimak tuturnya. Ia ikhlash tuturnya tidak didengar. Ia bahagia menjalankan tugasnya sebagai alarm visual yang mengingatkan tiap insan akan sebuah makna tabayun.
4/4/2006
cozy room, sekitar Isya
foto by wikyaja@yahoo.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment