spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Wednesday, April 05, 2006

*A*I*R*

Maha Suci Allah yang menciptakan air untuk makhlukNya.

Bening, rendah hati, dan keteguhan diri.

Begitu simple, sesederhana abjad yang tersusun untuk mendiskripsikan dirinya.

Kita tidak bisa menyebut warna yang tepat untuk air. Bahkan air yang kita minum pun, tidak layak diberi julukan air putih. Karena air putih lebih pas disebutkan untuk susu sapi segar, atau air tajin. Biarkan air itu tetap bening. Tetap merefleksikan semua yang bercampur pada dirinya. Tetap seperti apa adanya ia berasal.

Air begitu tawadhu. Dibimbing oleh sunatullah, ia selalu berjalan dari permukaan tinggi ke rendah. Dan ia tidak menjadi rendah atau jelek karenanya. Ia tetap indah, dan elegan. Perjalanannya berakhir saat ia bertemu dengan komunitas besarnya. Suatu tempat dimana ia bergerak sangat dinamis, dan sekali lagi... tetap indah dan elegan.

Air begitu lembut. Perlahan dan pasti, ia sanggup menembus relung kapiler berukuran mikro. Dan ia pun tak pernah lelah untuk tidak menembus relung kapiler mikro. Ia terus mencari, dan mencari.

Air,,,
Alangkah nikmat pabila jiwa ini mampu sebening engkau.
Betapa bahagia pabila tidak ada setitik sombong yang hinggap di hati.
Akan bertebaran beragam warna kisah pabila diri ini seteguh dirimu.

Syukurilah nikmat yang diberikan Tuhanmu padamu, walau sebagai air, bukan khalifah.

5/4/2006 8.30an PM di cozy room.
Terinspirasi saat ngobrol dengan Eyang Putri. Satu obrolan hangat dengan tema ‘atap kamar yang bocor’
.

No comments: