Menuliskan apa yang terlintas di pikiran, terbersit di hati, terekam indera, dan terlintas di angan.
spasi spasi
Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.
Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.
Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.
Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju
Monday, March 26, 2007
Belajar Ikhlash
Sebuah nasehat dari Soni, seorang sahabatku mengenai ikhlash. Nasihat ini adalah resume chatting dia denganku:
Saat loe ga ngedapetin yang loe pengenin, loe harus ikhlash.
Ikhlash itu berproses Di. ga langsung beres.
Emang ga mudah, tapi loe harus belajar dari semua yang udah loe alamin.
Trus minta Allah gantikan yang ga loe dapet itu.
Bahasa yang ringan namun tulus dan aku masih di pinggir ikhlash, belum ke tengah.
25/3/2007 jam 7.55 PM di kamarku.
Makasih banyak Soni... Wish U all d best
With Great Power Comes Big Responsibility
With Great Power Comes Big Responsibility
Aku notice itu dari film Spiderman, adegan saat pamannya menasehati McGuire, setting tempat di dalam mobil, saat pamannya mengantarkan McGuire ke perpustakaan.
Dan aku ngerasa episode itu pada saat ini. Moga dijauhkan dari ujub.
Mungkin, akhir-akhir ini sahabatku melihat ada ‘kebisaan’ yang bisa didayagunakan dari dalam diriku. Dan.... ‘Ala Kulli Hal, momennya tepat dengan kebutuhan mereka. Jadilah amanah itu berdatangan. Alhamdulillah, aku mensyukuri hal tersebut, karena mendapatkan amanah merupakan kebahagiaan besar, dan tidak setiap orang mendapatkan amanah.
Dan … amanah itu selalu satu paket dengan ujian. Ujiannya bisa beberapa model, seperti niat yang secara ga sengaja melenceng dan menuntut untuk segera diluruskan lagi, atau kelelahan yang melanda dan pengerjaan amanah itu belum terlihat hasilnya sama sekali sehingga rasanya beraaat sekali untuk melanjutkannya.
Jika bicara amanah atau tugas, rasanya ingatan ini tak akan lekang dari sosok role model yang bernama Muhammad. Bayangkan .... Dia manusia biasa, dengan tugas yang begitu dahsyat, di lingkungan yang tidak kondusif, namun Dia tak pernah berbelok niat dan teguh pendirian. Dia tidak bergeming saat musuh-musuhnya menawari harta, tahta, dan wanita untuk stop melaksanakan amanahnya, Dia tidak gentar saat dimusuhi seantero Mekkah dan nyawanya selalu diburu. Bahkan saat pamannya Abu Lahab tidak bisa memberikan perlindungan lagi terhadapnya dari suku quraisy, Muhammad malah mengatakan : Bahkan sampai mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tak akan meninggalkan tugas ini sampai Allah menetapkan ketentuannya. Subhanallah ... Begitu amanahnya Dia. Muhammad, Sang Politikus Besar sepanjang peradaban manusia, the real leadership.
Adakah sosok pemegang amanah seperti Muhammad itu hadir pada masa kini di teritori ku? Ya… DI Jakarta ini. Wilayah yang konon diembel-embeli metropolitan, malah ada yang terobsesi menjadikannya megapolitan.
Jakarta sekarang mulai memanas menjelang Agustus 2007. Sampai aku menulis ini issue nya bukan lagi perang politik, tapi perang ideology. Partai yang tadinya berseberangan malah bersenyawa melawan pihak lain yang dianggap ‘musuh ideologi’nya.
Pada siapa kutambatkan hatiku?
Tentunya pada pihak yang mengusung niatan baik untuk membenahi Jakarta. Aku ga peduli pabila pihak itu dibilang musuh ideology dari 18 kumpulan kelompok yang mengajukan kandidatnya. Selama jagoanku mengusung niatan baik, aku kan mendukungnya dengan dukungan konkret.
Met Berjuang Pak Adang Daradjatun !!!!
Menumbangkan kebathilan memang tidak mudah Pak, tapi jangan khawatir Pak, yang kudengar dan kuyakini, ribuan jalan dan pahala membentang seiring tugas berat itu.
25/3/2007 jam 7.35 PM di kamarku.
Tentang Aku dan Sahabat
Kami bersenyawa bukan dari unsur geografis, ekonomis, akademis, ataupun keahlian teknis.
Kami bersenyawa dari unsure idealis, yang baranya akan selalu berkobar selama kami menjunjung status tertinggi kami, yaitu sebagai hamba Allah SWT.
Kami bereaksi dengan mempersembahkan karakter asli dan terbaik.
Kami bukanlah sekelompok orang yang saling memberikan pembenaran terhadap kesalahan yang kami lakukan, karena kami sekelompok orang yang menasehati karena kami menginginkan kami semua berada di jalur yang digariskan olehNya.
Kami sekelompok orang yang tidak memuji berlebih terhadap kelebihan kami, karena kami orang yang lebih senang saling menimba ilmu untuk keberhasilan-keberhasilan imut yang diraih di antara kami.
Kami saling menjadi orang yang selalu hadir untuk memberikan support terbaik saat ada di antara kami yang berada dalam fase ketidaknyamanan dalam hidupnya.
Kami ingin menjadi orang pertama yang tahu apabila ada di antara kami yang akan menjelang fase keberhasilan dan kebahagiaannya.
Cita kami tinggi berbatas langit.
Cinta kami luas berbatas lingkaran cinta untukNya.
Perjalanan kami panjang ribuan mil dengan beragam medan
Tapak langkah kami mungil namun persistence
Naungan terbaik kami adalah pabila kami dapat berteduh dibawah RidhoNya.
Kami membangun keterpautan hati,
Tidak cukup bagi kami pabila hanya sekedar kebersamaan jasad dan kesamaan pikiran.
di kamarku dengan jendela yang masih terbuka di 24/3/2007 jam 9.38 malam.
Diiringi lagu theme song “Petualangan Sherina”, “Lagu Kedamaian” nya Brothers, dan “Persembahan Cinta” nya Gradasi.
Tuk 4 orang sahabatku (kalian tau itu kalian J ), terima kasih untuk semua pembelajaran yang kalian share. Moga Allah menaungi cinta kita dengan definisi cintaNya yang sesungguhnya.
Duhai Rabb, kekalkan ukhuwah yang telah Kau Anugerahkan ini… Amien.
Bonding Hadir di Saat Akhir
Terinspirasi dari saat pulang training dari Purwakarta ke Jakarta.
Di kelas, kami adalah individu-individu yang bicara seadanya saja, hanya mengomentari materi yang diberikan oleh trainer. Pun saat makan, masing-masing kami mencari teman makan yang 'klop' dan biasanya ditandai dari satu divisi. Tapi saat pulang di bus, kami berfoto, saling ngetawain. Hiks... tapi sayang, itu perjalanan pulang menuju Jakarta, kembali ke kepenatan masing-masing.
Kenapa ya?
Waktu di sekolah juga begitu. Aku ngerasa, di kelas 6 SD, di kelas 3 SMP, dan 3 SMU, itulah kelas-kelas yang terasik sepanjang level sekolah tersebut. Pinter bareng, badung bareng, saling care (atau saling pengen tau banget urusan orang laen)? Tapi ga di kuliahan. Mungkin karena urusan masing2 dah beda kali ya???
So... Ini perasaanku aja, atau ini emang udah trend dan aku baru nyadar?
Kenapa begitu? Trus yang jadi pertanyaan, di waktu-waktu yang terlalui, ngapain aja? Kenapa ga membangun bonding juga yanglebih OK?
Dan sekarang ... saat aku merasa kualitas bonding di keluarga intiku, apa itu berarti saat-saat terakhir? Maksudnya ... di luar masalah umur, adalah tentang terbentuknya keluarga baru dari dalam sebuah keluarga inti. Ahh... kalau terbentuk keluarga baru harus merenggangkan bonding dari keluarga inti, rasanya itu ga menjadi pilihanku. Ataumungkin, saat ini aku bisa bicara begitu, tapi nanti saat implementasi... aku bakalan seperti orang kebanyakan. Hiks... ga mau juga la ya, meninggalkan orang-orang yang telah bersama kita semenjak kita lahir.
Allahu A'lam.
WA Lt. 11 jam 1.23 PM 14/3/2007
Baik Belum tentu Terbaik
Dan tersadarnya, setelah aku memasuki fase terbaik itu. Sesaat sebelum memasuki, aku pun masih galau dengan hal baik yang tidak kuraih itu.
Sedikit contoh konkret ...
1. Aku ga diterima masuk di perusahaan manufaktur yang besar dengan jam kerja ketat 8 to 5 sebagai karyawan permanen. Aku masuk di perusahaan telekomunikasi dengan akses yang lebih mudah (dari rumah ke kantor) daripada bekerja di perusahaan manufaktur itu, dengan gaji kotor plus fasilitas yang jika dinomialkan kurang lebih sama, akses belajar yang luas (karena di perusahaan tempatku sekarang bekerja loadsnya ga selalu tinggi setiap saat. Beda dengan di perusahaan manufaktur), Dan jam situasi kerja yang enak, sehingga aku ga jadi 'robot' secara aku bisa punya waktu tuk memberi makan spiritualku.
2. Pengen ikutan training 3G, tapi ternyata quotanya ga cukup; Dan sampe kantor aku buka email kalo aku terdaftar jadi peserta training Managing New Product yang trainernya Mark Plus dan itu ilmu yang lebih flexible (bisa dipake di bidang lain juga, selain bidang telekomunikasi).
Tuh contohnya ... Kuyakin, pembaca pasti punya segudang contoh lain yang lebih cihuy.
Jadi... yakinlah. Semua upaya udah dikerahkan, hasilnya pasti yang terbaik yang dikasih olehNya untuk kita.
WA Lt. 11 jam 1.12 PM tanggal 14/3/2007
Manajemen Penolakan
Suatu hari, mendengan keluh kesah seorang sahabat.
'Mba, kemaren emang kenapa, sibuk banget ya?' Tanyaku
'Yah ... gitu deyh. Biasa.', Jawab si Mba tanpa ekspresi.
'Banyak kerjaan?'
'Iya, tapi bukan kerjaan kantor.'
'Trus apaan?'
'Hm... kerjaan temen-temen gwe. Dan ... gwe ngerasa kok temen-temen gwe pada dependent ke gwe.'
'Maksdunya?'
'Gini... di tengah kerjaan kantor gwe yang banyak itu, mereka tuh tetep minta tolong ma gwe.'
'Tanya-tanya kerjaan gitu ya?'
'Nggak. Mereka tanya gimana remove foto di astaga.com; retouch foto pribadi di photoshop, gitu lah ...'
'Emang ga bisa bilang ntar aja atau bilang ngga ya Mba?'
'Nah.. emang itu tuh kelemahan gwe, manajemen nya perlu dibenerin.'
Yups... Manajemen penolakan
Gimana caranya qta menolak saat dimintakan bantuan dari orang lain. Entah mungkin dibilang tidak murah hati, tapi terkadang manajemen penolakan ini sangat diperlukan. Tujuannya, tentu agar urusan kita dan urusan orang lain bisa berjalan baik.
Pake aja ilustrasi dari sahabatku di atas. Kasihan Beliau, ga bisa konsen ngerjain kerjaan utamanya, dan ga konsen pula ngerjain kerjaan orang lain (yang minta tolong itu). Sementara orang lain itu sangat mengandalkan sahabatku. Ga sehat kan, kondisi kerja kaya gini???
Solusinya ...
1, Brave to state : NO
2. Kemukakan alasan yang jelas ...
3. Atau kalo memang teteup eager Bantu teman, kemukakan dengan tegas kapan kita available untuk membantu mereka. Kita bisa bilang “nanti ya, setelah tugas ABC ku selesai.”
Mulai dari yang kecil. Emang butuh kekuatan untuk bisa menolak suatu hal yang ga enak.
Apalagi yang enak. Misal ... Kalo misalnya qta kerja di bagian pengadaan, interaksi dengan vendor secara langsung, whuiii... godaan materi pastilah bertubi-tubi. Kalo ga kuat nolak ya... bisa jadi tajir dan sejahtera (di dunia). Di akhirat mah .... no comment deyh.
Jadi kepikiran. Kalo ada pelatihan untuk para pejabat negara, kasih pelatihan yang temanya MANAJEMEN PENOLAKAN DENGAN HATI YANG BERSIH.
WA Lt. 11 jam 12.59 PM, 14/3/2007
Friday, March 16, 2007
Men State kan Keinginan Secara Tegas
“Gwe Coba-coba ikutan lomba nulis ahh…”
“Gwe ikutan lomba nulis ini.”
Berasa atmosfer nya kan?
Kalimat pertama berasa antara iya dan nggak, berasa ragu-ragu.
Kalimat keua beraroma kemantapan dan keyakinan.
Dan memang itulah yang terjadi pada diriku. Saat aku men-state kan sesuatu bahwa “Aku akan melakukan begini –begitu” dan “Aku adalah ini – itu”, memberikan efek yang luar biasa. Apa yang aku kerjakan menjadi serius dan memiliki orientasi jelas, identitas diriku sebagai ini-itu pun menjadi dilihat orang secara serius.
Saat aku masih mejadi agen asuransi (yang mana aku merasa itu bukan pilihan karierku karena tidak adanya incomey ang pasti sementara pengeluaran semakin pasti dan besar), aku tidak pernah men-state : Saya adalah agen asuransi XYZ. Aku hanya ber-statement : Sya Dianti, dari Asuransi XYZ. Dan saat bertemu prospek yang aku kenal pun, aku bilang statusku freelance. Dan apa yang terjadi??? Begitu sulitnya mendapatkan prospek, karena ketidaktegasan pada diriku. Jauh berbeda dengan rekan-rekanku yang men-state kan : Saya adalah agen asuransi XYZ. mereka keluar berjalan begitu meyakinkan, dan … mudah menjaring prospek hingga closing suatu aplikasi.
Dan beberapa kali aku melihat acara di televise yang memberikan profil pemenang sebuah kompetisi atau orang yang berhasil di bidangnya. Whuih… Jika tokoh yang di shoot itu bilang : ‘Awalnya coba-coba, eh … taunya menang.’ aku bakalan ga simpatik. karena aku ga melihat kerja keras dan perjuangan di sana.
Berbeda sekali dengan orang yang bilang : “Ya, saya berlatih sekian tahun untuk memenagkan kompetisi ini.’, atau ‘Saya ingin menjadi ABC dan saya menempuh jalan PQR ntuk mencapai kesuksesan yang saya inginkan.’ Nah… tokoh begini yang bakalan kuperhatikan. karena aku bisa mencontoh bagaimana bekerja keras dan persistence untuk menggapai kesuksesan.
Memang, kadang ada factor luck di diri seseorang yang sukses. Tapi aku sangat percaya bahwa sukses seseorang itu adalah karena ketekunan dan kerja kerasnya.
16 Maret 2007, jam 11.59 PM di kamarku
Yang masih mencari bagaimana rasanya bekerja keras dan menjadi persistence.
Friday, March 09, 2007
Hidup adalah Portofolio untuk Melamar Surga
Ingin merekam percakapan dengan seorang sahabat ...
------- (sebelumnya membicarakan suatu episode hidup kami)
Linds: siap berkompetisi! ... mmm... Allah nunggu kita tahan banting dulu kali yeah
dianti: yea.
Linds : hidup ini kan ttg kita bikin portofolio utk ngelamar surga
dianti: hidup ini kan ttg kita bikin portofolio utk ngelamar surga ----> quotes keren
Linds: cuma nyeplos aja.... sebanyak apapun kita bikin portofolio....
Linds: yg dinilai itu cuma portofolio kita yg bakal diliat Allah
dianti: yea. tapi seringnnya qta disibukkan agar portofolio itu terlihat mengagumkan dan mengikuti expectasi orang2 sekitar. Misal : tuntutan orang tua, opini masyarakat, de el el
Linds : iya....
dianti : it's exhausted
Linds : yup.. capek
dianti: right. coz emang salah orientasi. jadi ga ada abisnya
------- (dan sesudahnya membicarakan episode lain yang sedang kami tapaki)
So... qta refresh kembali tentang apa - mengapa -bagaimana -kapan - dimana - untuk apa - berapa - kita ada dunia.
Kalo emang tinta yang kita gores lagi enak untuk nulis portofolio, bikinlah portofolio yang bagus.
Kalo emang tinta yang kita gores ga enak untuk nulis portofolio, tetap aja bikin portofolio yang bagus.
Qta lagi nyusun portofolio keren yang akan dilihat langsung sama Sang Pemilik Diri Kita sebenarnya.
Allahu A'lam bish Showab.
WA, Lt. 11 jam 11.45 AM di 9/3/2007
Saat Diri Tersadar Dan (Akhirnya) Mengucap Syukur
FTC semalam mengisahkan mengenai Woman Self Defense. Beberapa hal yang bisa kuambil adalah :
1. Yang terpenting dari woman self defense adalah mindset dan hati para perempuan bahwa ia tidak berhak disakiti, oleh siapapun, bahkan oleh orang yang hubungannya dekat dengan dia. Hal ini musti ditanamkan karena kekerasan pada perempuan banyak terjadi oleh orang-orang terdekatnya (misal : suami, saudara, dll). Dan para perempuan itu masih ada yang bersikap maklum terhadap ketidaknyamanan yang diciptakan orang dekatnya tadi.
Dan saat seorang perempuan merasa daerah nyamannya terganggu, ia mustinya defense, baik secara verbal, atau kalo keadaannya lebih buruk, bisa juga keluarin physical powernya.
2. Dengan keterbatasan yang dimiliki, perempuan tetap bisa mengandalkan hiding power nya. Misal : ga perlu lah menggunakan tangan mengepal untuk meninju orang yang mau berbuat jahat; tapi bisa memanfaatkan telapak tangan kosong dengan kekuatan penuh (ada tekniknya) dan ditujukan ke bagian tubuh yang peka terhadap keseimbangan (dicontohkan : rahang / telinga / hidung)
Mirroring ke diriku ...
Alhamdulillah (dan jangan sampe deyh) sampai sekarang, secara fisik, aku belom mengalami suatu hal yang menjadikan aku harus menguasai woman self defense. Tapi dalam hal psikis / hati, (semoga ini ga berlebihan) aku pernah harus berjuang melepaskan diri dari ketidaknyamanan. Aku jadi bersyukur bahwa aku berhasil melepaskan diri dari ketidaknyamanan psikis / hati tersebut. (Alhamdulillah ...). yeah... walaupun jujur aku akui, ada 'ketidaknyamanan' lain yang datang saat aku berlepas dii dari ketidaknyamanan itu. Ini bukan soal aku tertekan atau emosiku diguncang. Semua berjalan baik dan damai, tanpa prasangka (kayanya siyh), tanpa perang kata, dan tanpa tekanan intonasi nada. Waktu itu ketidaknyamanan-nya adalah mengenai ketidakpastian. Dan ... Aku berlepas diri dari ketidakpastian itu. Aku mengambil inisiatif untuk menempatkan diriku dalam suatu kepastian yang (terasa) pahit.
Alhamdulillah ...
Berasa bahagia karena semakin hari semakin melihat bahwa langkah yang kuambil adalah langkah yang aku syukuri dan tidak kusesali.
Wednesday, March 07, 2007
THEY ARE *****
Hanya ingin mengutarakan, bahwa ...
Mereka bukanlah malaikat yang selalu taat.
Mereka juga punya celah untuk tersesat.
Ada saatnya mereka rapuh di balik ketegaran dan kegarangan yang dibuat
Ada kalanya mereka tegar menerjang badai dibalik redup diri yang terlihat
Mereka orang biasa
Yang selalu merasa nyaman bila berada dekat dengan Rabb Nya.
Dan perlu kesungguhan yang diupayakan tuk mendapat kenyamanan itu
Mereka manusia yang hanya nyaris sempurna
Pabila mereka sempat berbelok, kita ingatkan mereka karena rasa sayang yang tak punah
Jika mereka konsisten dalam jalan yang lurus, kita kobarkan semangat dan rekatkan ukhhuwah
Kita pun manusia biasa
Biasa berjuang untuk kesuseksan yang sifatnya tidak hanya kekinian
Tapi juga kesuksesan yang sifatnya nantinya berkekalan
Kita dan mereka …
alangkah indahnya jika senantiasa bergandengan
Tuk saling mendukung kebaikan dan mengurung keburukan
Cozzy room 7/3/2007 jam 8.31 PM
Untuk saudara-saudaraku yang istiqomah dalam suatu kebaikan yang berkesungguhan.
Dan dakwah tidak membutuhkan siapapun
Karena Allah yang akan menggantikan siapapun yang hengkang dari jalan dakwah itu, tentunya dengan sosok terpilih yang jauh lebih baik.
Monday, March 05, 2007
Tentang Ilmu pada Zaman Itu
Di zaman itu,
Orang yang berilmu tidak ditandai dari huruf-huruf capital yang memanjang di belakang namanya
Orang berilmu diperhatikan karena kontribusi kebisaan yang ia miliki untuk kemashlahatan manusia.
Di zaman itu, tidak dikenal dr. Ibnu Sinna; yang ada adalah seorang ahli medis bernama Ibnu Sinna yang pandai menulis, mengerti Hadist, dan menguasai firman Allah dan banyak menolong sesama, dan juga pandai berhitung.
Di zaman itu, tidak perlu ceremonial bermodal besar untuk berpakaian hitam tebal lebar bertopi dan pitanya; untuk melegalkan bahwa seseorang memiliki ilmu.
Ilmu …
Sebagian kami mengejar karena prestise
Sebagian kami mengejar karena idealis
Sebagian kami pun mengejarnya karena materialis
Dan Rabb kami menyuruh kami berilmu agar kami bisa ber‘amal dengan ilmu itu. Agar kami berkontribusi untuk kemashlahatan, dan agar derajat kami ditinggikan oleh Rabb kami.
Namun kami seringlah bandel dari instruksi yang diberikan oleh Rabb kami. Ilmu yang pernah kami dapat pun datang dan pergi dengan mudah nya.
Dan sekarang, kami sedang mengumpulkan ilmu-ilmu yang tercecer itu agar bisa kami kontribusikan untuk kemashlahatan sesama kami.
Mudahkan kami Ya Rabb
WA Lt. 1 5/3/2007 jam 2.06
Mereka Menyarankan Ini dan Itu dan Aku Mendengarnya (maaf, bukan Mendengarkannya).
Ini bukan pembelaan. Atau suatu apologi.
Aku hanya memberikan ruang bebas yang luas pada diriku.
Jika mereka menginginkan aku memasuki kancah kompetisi untuk memenangkan suatu cita, rasanya aku lelah. Aku tak ingin berkompetisi yang melelahkan. Aku ingin berkompetisi pada diriku, mengalahkan kemalasanku, memacu adrenalin untuk menaikkan ritme kerja yang sudah kusetel. Dan aku ingin berkompetisi di bidang yang memang ingin aku menangkan dan membuat diriku bahagia.
Jika ada yang berhasil mencapai tujuan dengan cara menempuh suatu jalan, lalu apakah serta merta aku harus berjalan di jalan itu juga? Ribuan cara mencapai tujuan itu, dan aku sangat bebas memilih yang aku suka. Ga perlu memaksakan aku untuk ikut berjalan yang sama.
Ooohhhh… Kuyakin kalian bertujuan baik untuk memintaku menjalani ini dan itu dan dianggap ideal di mata kalian. Taipi maafkan … Pabila aku hanya mendengan instruksi ini dan itu kalian dan tidak menjalaninya.
Karena aku bebas memilih
Karena aku memilih belajar dari kesuksesanku yang imut-imut tuk menuju keberhasilan besar.
WA lantai 11 5/3/2007 jam 1.50 PM