Menuliskan apa yang terlintas di pikiran, terbersit di hati, terekam indera, dan terlintas di angan.
spasi spasi
Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.
Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.
Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.
Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju
Saturday, April 29, 2006
dialog tentang sabar
Sekitar 2.30 an...
di kamar yang belum disapu
Satu lagi dialog yang menginspirasi. Tentang sabar ...
Topiknya : Meniti karier…
dianti: aku juga lagi searching
dianti: dan Alhamdulillah sampai saat ini masih disuruh Allah menikmati status kontrak di XXXXXXX dulu.
dianti: he..he..
daddy: sabar, kalo Allah sudah berkehendak yang terbaik pasti terwujud kok....
dianti: iya.
dianti: sabar itu tuch yang rada susye.. he..he..
daddy: ya , tapi Allah selalu beserta orang-orang yang sabar.... apa mau kita ditinggal Allah?
dianti:
dianti: ya ya ya
daddy: nggak khan ? berarti anggap aja ini latihan buat kita..
dianti: ku akan sabar & teteup usaha
daddy: semua ada prosesnya khan...
daddy: menuju kebaikan pun ada prosesnya......... bukankah kita dilahirkan pun dalam keadaan nangis tanpa daya..........
daddy: lalu ada proses menjadi dewasa seperti sekarang...
daddy: deal.....
dianti: bener
Ya Rabb…
Kesabaran itu tak berbatas
Jadikanlah aku hambaMu yang termasuk dalam golongan orang-orang yang sabar,
Yang senantiasa bersamaMu
Allahumma Amien…
Tuesday, April 25, 2006
kripik
garing
kriuk-kriuk
Diminatii oleh para orang yang doyan nyamil
Dijauhi oleh orang yang lagi diet
Kripik...
Ga bikin kenyang
Bikin tenggorokan gatel
# sajak ini kupersembahkan untuk para kripik-er #
WA Lt. 11 jam 10.14. 25 April 2006.
Aktivitas Kalo Lagi Jobless
Kalo lagi jobless gene neyh... lucu-lucu deyh aktivitasnya. Jarang dari kita yang 'ngerapiin' hal-hal yang tercecer. Secara ga sengaja melihat di kubikal temen2, kegiatan yang biasanya dilakukan adalah :
- nge games ato browsing games baru
- browsing tentang parenting (buat ibu-ibu muda)
- browsing automotif / technogadget (buat cowok / bapak-bapak)
- browsing lowongan kerjaan (ini kerjaan gwe neyh... maklum, masih anak kontrak)
- Jalan-jalan ke kantor pusat, ke ATM, ngadem, sekalian hang out ma teman-teman di pusat.
- ngemil sambil baca komik
- ke meja orang laen & ngobrol
- chatting
- nulis blog (nich gwe juga)
Mo jadi apa yah nich perusahaan??
Tuh kan... kayanya bener deh yang dibilang Paulo Coelho. Sebenernya kita itu ga merdeka. Qta masih aja ngendon di perusahaan tempat kita kerja dengan kerjaan yang belom tentu juga kita sukai. Tapi berhubung qta dah secure dengan gajiannya, malaslah qta tuk pindah... Hm... Ga tau kenapa, mental ini selalu terbentuk dari tiap generasi. Apa gara-gara culture, ato emang lapangan kerja udah segitu rapetnya? Ato emang kita ga dibiasain kreatip?
Allahu A'lam...
Biarkan waktu yang menjawab, & biarkan pula generasi kita atopun yang akan datang yang akan mmeperbaiki ini semua.
Sunday, April 09, 2006
“Bu, Kok Kecoanya Mati???”
Sabtu siang sekitar jam 10, atas undangan teman, aku menghadiri open house sebuah SD Islam di kompleks perumahan Pulo Gebang Permai. Nama SD itu adalah Ar Ridho Islamic School. Angkatan pertama dimulai di tahun ajaran 2006/2007. Sekolah ini menawarkan active learning, bilingual environment, 6 juz tahfidz. Temanku akan menjadi guru di sekolah tersebut.
Open house dimulai pukul 8. Sengaja aku men’terlambat’
Sekitar jam 12, acara ceremonial selesai, dilanjutkan dengan kunjungan ke dalam gedung sekolah. Hm… Belum gedung juga siyh. Dua rumah dijadikan satu, sedemikian rupa, disekat-sekat, sehingga terbentuk 4 ruang kelas, 1 ruang computer, 1 ruang audio visual, 1 dapur, 1 open space room unuk perpustakaan (I crushn on this room since the first time I saw it… Feminin purple with many displays, completed with plenty great books inside its shelf, a little round table filling the center of the room, pfuiiih… ), 1 ruang administrasi, dan beberapa space area yang masih kosong.
Tengok sana sini, kagum atas hasil kerja keras teman-temanku dan timnya, Dan menyesal juga, kenapa sekolah di zamanku hanya men’serve’ kursi kayu coklat konvensional berjajar dengan default display ‘Garuda’ di atas papan tulis hitam; dan Garuda diapit oleh foto presiden beserta wakilnya (Parahnya, yang diganti tiap lima tahun hanyalah foto wakilnya. Foto presidennya tetap setia menjadi penunggu kelas); serta bendera merah putih yang multi fungsi juga untuk lap tangan anak-anak; meja guru yang semakin menjauhkan kesan egaliter dunia pendidikan
Setelah berkeliling, para Ayah dan Bunda mulai bubaran. Entah mengapa, aku betah ngendon di ruang audio visual. Dengan cat tembok hijaunya, TV, VCD player, CD, Radio & tape (iPod aja deyh yang ga kelihatan kik..kik..kik), dan puzzle gabus lembut yang melapisi lantainya. Peralatan audio itu juga ditemani oleh boneka-boneka kecil lucu.
Lagi seru-serunya, si Rijal yang cakep itu menggandeng tanganku, langsung menggiringku ke balik pintu, memperlihatkan seekor kecoa yang terbaring tak berdaya (btw, kecoa kan emang udah automatically posisinya terbaring / tiarap yah???).
Rijal : Bu, ada kecoa (tangan kanan memegang tangan kiriku, tangan kiri menunjuk kecoa)
Syifa, Caca, Sara : Iiihhh... iya. Ada kecoa.
Aku : Iya... kecoanya mati tuh (ekspresi muka sok tau, padahal ga ngerti mengapa kecoa itu tak bergerak sama sekali; sambl membungkukkan badan untuk meyakinkan penglihatanku kalau yang ditunjuk Rijal adalah kecoa sungguhan, bukan kayu sisa renovasi rumah atau mainan karet atau lainnya).
Rijal : Bu, kok kecoanya mati?
Aku : Hm.... Kecoanya mati... (Diam, sambil terus memandang kecoa, sambil memikirkan jawaban yang benar).
Syifa, Caca, Sara, Rijal : Kembali ‘ngariung’ di tengah ruangan untuk melanjutkan lempar-lemparan bantal. Hiks.... Rijal meninggalkan aku yang masih terbebani dengan jawaban atas pertanyaan dia.
Aku : Selama 10 detik masih terpaku memandangi kecoa dan mengobrak-abrik semua folder tentang parenting / child education yang sempat bersemayam di otakku, mencari jawaban tepat untuk Rijal.
Teng-tong .... Time is up. U FIRED !!!! Hwaaa….
Dengan folder yang masih berantakan di otakku, kuputuskan untuk meninggalkan keempat anak lucu itu di ruang audio visual. ‘Ibu keluar dulu yah…’.
Bagai reporter, liputan tadi langsung kulaporkan ke temanku yang menjadi Bu Guru. Hm… Namanya Hilda dan Ning. Kuceritakan episode kecoa tadi dengan ekspresi lengkap, dan narasi yang tak terlewatkan walau satu peristiwa, dan exposisi yang terpapar jelas. Tahukah apa respon para Bu Guru tadi,,, They were laughing. Hiks…. Ya, Mereka ketawa. Tolong Duonk, bagi mereka pertanyaan-pertanyaan basic yang ngejlimet model begitu mungkin biasa mereka dengarkan. Tapi untukku,,, Wahh… ijasah S1 pun langsung menciut saat tahu pertanyaan itu. Parahnya, Temanku itu menjawab,,, “Hm… Mungkin bilang aja, sudah takdirnya kecoa itu mati, hwe,,hwe,,, J” Wadouw… itu mah bakalan makin runyam.
Dan sampai saat ini, belum kutemukan jawaban yang benar-benar valid untuk menghilangkan dahaga Rijal atas semua hal yang dia sudah lihat atau yang akan dia lihat. Aku baru mampu memaparkan beberapa jawaban :
- Kecoa mati karena takdir. (next question : takdir apaan? Siapa yang bikin? Udah pernah lihat takdir belom?). Hiks… Ini namanya menjawab masalah dengan masalah.
- Kecoa mati karena badannya terbalik selama beberapa menit. (ilmiah juga,,,, next question : Kalo badan kita terbalik, bakalan mati juga ga? Emang kenapa badannya terbalik trus bisa mati? Coba lihat badan kecoa dong Bu) . Makin runyam.
- Kecoa mati karena ada yang menepok badan kecoa dengan sepatu (jawaban bohong. Karena badan kecoa yang mati itu tidak gepeng seperti kecoa yang habis ditepok).
- Kecoa mati karena tergencet pintu (jawaban bohong. kaya’ nomor 3).
- Kecoa mati karena terinjak manusia (jawaban bohong. kaya’ nomor 3)
- Keecoa mati karena terkena cat –btw, di badan kecoa ada sedikit bercak hjau, yang tampkanya bekas cat- (next question : Emang catnya kenapa? Catnya beracun ya buat kecoa, Kalo gitu, biar rumahku ga ada kecoa, aku minta mama siram cat aja ke seluruh lantai), Hwa... Makin merepotkan dan ga valid.
- Kecoa mati karena kekurangan udara, karena kepenuhan pengunjung di ruang audio visual. (Udara buat apa? Emang kecoa nafas? Nafasnya gimana? de el el...). Welehh... Kudu jadi wikipedia.com berjalan niyh.
Subhanallah... Rijal kecil yang kuduga usianya baru 2 tahunan itu begitu polosnya dan cerdasnya. Begitu meluluhlantakkan ijasah S1-ku hanya dengan pertanyaan : ‘Kok kecoanya mati Bu?’.
next question for me :
- View years coming, Will I ready to answer all the questions from my on little Rijal?
- How good is my preparation to ‘conquer’ Rijal’s wondering?
‘Kecoanya mati karena …’ sepertinya akan menjadi bunga tidurku.
-cozy room,
Wednesday, April 05, 2006
*A*I*R*
Bening, rendah hati, dan keteguhan diri.
Begitu simple, sesederhana abjad yang tersusun untuk mendiskripsikan dirinya.
Kita tidak bisa menyebut warna yang tepat untuk air. Bahkan air yang kita minum pun, tidak layak diberi julukan air putih. Karena air putih lebih pas disebutkan untuk susu sapi segar, atau air tajin. Biarkan air itu tetap bening. Tetap merefleksikan semua yang bercampur pada dirinya. Tetap seperti apa adanya ia berasal.
Air begitu tawadhu. Dibimbing oleh sunatullah, ia selalu berjalan dari permukaan tinggi ke rendah. Dan ia tidak menjadi rendah atau jelek karenanya. Ia tetap indah, dan elegan. Perjalanannya berakhir saat ia bertemu dengan komunitas besarnya. Suatu tempat dimana ia bergerak sangat dinamis, dan sekali lagi... tetap indah dan elegan.
Air begitu lembut. Perlahan dan pasti, ia sanggup menembus relung kapiler berukuran mikro. Dan ia pun tak pernah lelah untuk tidak menembus relung kapiler mikro. Ia terus mencari, dan mencari.
Air,,,
Alangkah nikmat pabila jiwa ini mampu sebening engkau.
Betapa bahagia pabila tidak ada setitik sombong yang hinggap di hati.
Akan bertebaran beragam warna kisah pabila diri ini seteguh dirimu.
Syukurilah nikmat yang diberikan Tuhanmu padamu, walau sebagai air, bukan khalifah.
5/4/2006 8.30an PM di cozy room.
Terinspirasi saat ngobrol dengan Eyang Putri. Satu obrolan hangat dengan tema ‘atap kamar yang bocor’.
spasi spasi (by : Sang blogger)
Yoe-Dhee menjadi identitas blog ini sejak Desember 2005, bulan dimana Sang blogger mulai tergoda untuk terus mengasah neuron verbalnya. Pergantian ini bukan dengan alasan menggantikan yang udah usang. Yoe-Dhee sedang hibernasi, ia tidak usang.
Yoe-Dhee dipasang untuk menggambarkan identitas diri. Beberapa moment dimana Sang blogger sangat haus mendapatkan pengakuan jati dirinya. Yoe-Dhee dikutip dari potongan nama asli Sang Blogger. Mungkin melalui nama yang terbroadcast luas, Sang blogger menikmati kesejatian dirinya. Maka tidak salah, kalau tulisan pertama adalah Just The Way We Are ...
spasi spasi. Tiap gumam membutuhkan spasi. Jarak kosong di tengah dua karakter yang memperjelas semuanya. Bayangkan pabila bahasa tidak mengenal spasi. Cobakan jari-jari kita untuk menari di atas keyboard tanpa menginjak lantai space bar. Tak ada spasi, mungkin tak pernah ada gumam yang berbalas, karena tiap gumam itu begitu ruwetnya.
Sang blogger pun membutuhkan spasi untuk melangkah dari satu episode ke episode lainnya. Spasi untuk bisa bernafas. Spasi untuk mampu melihat indahnya skenario dari satu episode, ke episode lainnya.
5/4/2006 8an PM di cozy room.
Tuesday, April 04, 2006
Duhai Terkasih, Sabar Ya…
Ibu dan Bapak tercinta, sang waktu terus merambat mengiringi pengharapan dan usia kalian. Harap yang senantiasa dilantunkan dalam tafakur di sepertiga malam. Melalui bahasa hatiku yang kerdil, aku mencoba memahami (dan memenuhi) harap Ibu dan bapak.
Wahai orangtuaku yang dirahmati Allah, aku selalu teringat wajah sumringah Ibu yang berbahagia ketika temannya bercerita tentang bibir mungil yang bertutur cerdas. Dan tak mungkin kupungkiri, aku begitu terpesona, melihat Bapak yang terbiasa tegas menjadi sebegitu ceria saat menggoda wajah polos berusia satu tahun.
Perlahan tapi pasti, kutahu Ibu dan Bapak mengharapkan hadirnya makhluk mungil penerus dinasti yang sudah kalian bangun. Terkadang pabila harapan itu begitu membuncah, kalian membuatku tersipu untuk bersegera memberi andil pada generasi yang sedang dibangun ini.
Duhai orangtuaku yang kusayang, Bukan aku tak mau bersegera untuk memberi andil pada dinasti ini. Bukan aku menyulitkan hal-hal yang sebenarnya dimudahkan oleh Allah. Aku hanya sedang mempersiapkan dermaga yang terbaik dan memantapkan pilihan kapal mana yang hendak berlabuh.
Ibu dan Bapak, bersabar yah … Aku pun ingin bersegara pada RidhoNya dalam menggenapkan separuh Dienku. Aku tidak menanti kapal pesiar mewah seperti Titanic atau Awani dreams atau Queen Elizabeth. Tidak…. Bukan kebendaan yang kunantikan. Satu yang kunantikan dan kuupayakan adalah kemantapan dariNya. Kubutuh kemantapan itu karena aku hanya mengharapkan satu buah dermaga untuk satu kali bertambat, tentunya dengan ridho dariNya.
Duhai Ibu Bapak yang senantiasa mendoakan aku dalam lantunan ijabah. Kesabaran kalianlah yang menjadi penguat untuk hati yang terkadang lelah mencari ini. Kuhanya berharap RidhoNya dan restu kalian untuk suatu saat berangkat mengarungi bahtera yang dipenuhi riak lembut dan ombak pasang itu.
4/4/2006
cozy room, sekitar Isya.
The Warm Evening Sillhouette
Bumi sudah setengah perjalanan memutari porosnya. Matahari yang ramah memamerkan kilau emas yang sumringah. Saat menembus awan, kilau itu bagai sebuah siluet yang dilukis oleh Sang Maha Karya Alam Semesta ini. Siluet senja, siluet yang hangat. Siluet yang menjadi alarm visual untuk menghentikan sementara dinamisasi yang tak berujung.
Masih ditemani siluet senja yang hangat, jarum jam analog melangkah pasti bergerak dari angka lima ke enam dan terus berjalan. Lalu lintas Jakarta mulai penuh, semakin banyak dikerumuni insan-insan yang tampak lelah walau berbahagia. Perlahan tapi pasti, gedung yang tampak pongah berdiri namun ringkih itu ditinggalkan para commuter.
Siluet senja yang hangat itu seolah bertutur dalam bisu...
Wahai insan,
Kejarlah anganmu secepat yang kau inginkan
Di saat kau berlari, ingatlah mereka yang membutuhkan sentuhanmu
Pikiranmu, hatimu, tubuhmu, keluargamu, orang yang kau sayangi
Mereka butuh sentuhan cinta darimu
Dan kau pun butuh merengkuh cinta dari Rabbmu
Siluet senja yang hangat itu tak tahu adakah insan yang menyimak tuturnya. Ia ikhlash tuturnya tidak didengar. Ia bahagia menjalankan tugasnya sebagai alarm visual yang mengingatkan tiap insan akan sebuah makna tabayun.
4/4/2006
cozy room, sekitar Isya
foto by wikyaja@yahoo.com
Monday, April 03, 2006
Ikhlash Menjadi Modal Menulis
Apa urusannya nulis sama ikhlash?
Banyak buanget & ngaruh ke 'ruh' dari tulisan kita.
Ini yang gue rasakan.
Waktu belom banyak orang yang tau blog gwe, menulis itu rasanya enjoy banget. Selalu ga sabar untuk sign in di blogger ato buka MS Word di rumah. Semua bisa gue tulis semau gue. Gak takut salah, bodo' banget untuk semua mis-typed ato mis-spelling, ataupun tulisan yang berasa 'ga penting' yang gwe tulis. As long as ada peristiwa yang nge'klik' di hati dan nalar gwe, tertuanglah dia jadi huruf-huruf yang tersusun rapi nan indah (cie-cie...)
Nahh... Berhubung gwe adalah orang yang senang berbagi banyak hal bagus yang gwe lihat, gwe mulai mem-promote blog ini ke teman-teman. Hm... Niat awalnya, gwe pengen sharing dan juga dapat masukkan / comment dari orang yang udah baca blog gwe. Ibaratnya, pengen ada lawan bicara untuk blog ini. Ga gue pungkiri, mungkin ada setitik show-off di hati, tapi so what.... Tiap orang memiliki kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan untuk mengaktualisasikan dirinya. Dan gwe pikir wajar aja.
Tapinya, dan sebelnya,
Kok akhir-akhir ini gwe ga produktif dan ga se-enjoy waktu dulu dalam menulis. Setelah gwe coba cari penyebabnya, ada beberapa hal :
1. Mungkin keikhlasan dalam menulis mulai sedikit terkikis. Tadinya gwe masa bodo' tentang jelek ato bagusnya tulisan gwe. Tapi, sekarang kok berasa ada tuntutan kalo gwe harus menulis sesuatu yang penting, ga garing, berisi, dengan kualitas zero defect. Kenapa bisa gitu, Karena gwe mulai sadar, kalo ada teman-teman yang 'nonton' blog gwe.
2. Terpengaruh psychoblogology. Konon katanya, agar blognya bisa dibaca secara 'psikologis', minimal harus menulis 10 buah tulisan dalam 1 bulan dan dilakukan secara continue. Hm... mungkin karena kejar 'target' ini, gwe tulis apa yang bisa gwe tulis. Walopun yang gwe ungkapkan ga berkesan di hati. Ternyata, menulis hanya dengan nalar itu tidak berkesan dibandingkan menulis dengan sentuhan 'ruh'.
Pfiuhhh....
Moga untuk selanjutnya, hanya hati dan nalar yang berbicara dalam blog ini.
Ga masalah kalau nggak zero defect.
THERE IS NOTHING PERFECT IN THIS WORLD & THERE ARE THOUSAND WAYS TO MAKE EVERYTINGS BETTER (proverb).
Allahu A'lam bishShowab..
WA jam 3.30 PM.
3 April 2006, after long weekend.