Skip to main content

Switching

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Kalo itu alat-alat elektronik, maka switching nya begitu mudahnya. Tinggal diarahkan ke on atau off.
Kalo itu urusan digital, maka switching itu urusannya hanya dengan angka 0 ataw 1.
Kalo itu hubungannya sama suatu brand, maka switching nya pelanggan hanya punya dua pilihan : loyal pada merk yang biasa dipakai atau mau berpaling ke branded lain.
Kalo pengen switching ke karier yang lebih cihuy, maka ada kebebasan untuk menentukan pilihan ke perusahaan kompetitor yang bisa menawarkan lebih atau loyal di perusahaan lama dengan nego-nego.

Tapi kalo switchingnya sama hati, men-switch sebuah nama dengan nama lain, maka rasanya variabelnya akan sangat komplex, jauh lebih komplex daripada rumus trigonometri (yang ga pernah aku sukain).

Seorang teman bercerita bahwa untuk men-switch sebuah nama di hatinya agar bisa ditempati dengan nama baru, maka yang dipaksa bergerak bukanlah hati. Tapi mindset. Mainkan mindset baru bahwa 'nama lama' sudah tidak layak berada di sana, dan sangat worthed untuk diganti dengan nama yang baru yang memang layak ditempatkan disana. Tapi hati-hati, jangan menggunakan 'bad campaigne' untuk mengubah mindset lama itu. Cukup menggunakan logika dan penyerahan diri sepenuhnya padaNya.

So, yang masih punya 'cerita lama', geura atuh... dinetralkan.

WA Lt. 11 jam 4.38 tanggal 10/4/2007
tulisan ini terinspirasi di percakapan perjalanan pagi tadi antara aku dan Miss Wio. Very logic step Miss. :)

Comments

Popular posts from this blog

Just a Happy Tear

Just A Happy Tear Just a tear and a warm smile Far away of thousand miles And a gentle whisper pray Watching you fly away Leaving this hectic world Leaving all the suffers Leaving all the damns Go to The Most Gracious The Most Merciful Be your Angel's Mom and Dad and proud we all You guys.. The Rijalush Sholihiin Have no propper place in this tiny world Only heaven could answer your Beg Just a happy tear I have Begging to be one of your friend (dedicated to Imad Aqil, Fatih Farahat & All The Syahid Palestinians)

Untukmu Dianti (Segaris Renungan)

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i Dianti... Apakah sekam itu tetap kau pendam dan tidak kau jadikan ia padam? Kau sadar bahwa hatimu sudah lelah Rasanya kau belum berupaya sepenuhnya pasrah Dianti ... Bukanlah suatu hal yang nista ketika kau jujur pada dirimu sendiri Bahwa ego itu musti kau letakkan di titik terendahnya Tuk jujur pada dirimu dan pada dunia bahwa kau pernah rapuh Dianti ... Ya, kau bukan malaikat Hatimu bisa tergores dan kemudian perih Tapi tidak ada luka yang tidak kering Asalkan kau rawat luka itu untuk kau sembuhkan Dan kemudian lupakan bahwa kau pernah terluka Dianti ... Kau tau kau memiliki hari-hari indah Bersama orang-orang yang menyayangimu Dianti ... Energimu besar bagai sumber kinetik di muka bumi ini Ulangi lagi saat kau gerus energimu untuk hal yang menyibukkan pikiranmu Untuk semua kebaikan yang dapat kauhasilkan Sehingga kau lelah fisik Bersamaan kau bahagia secara psikis Dianti... Nampaknya Kau belum sepenuhnya mengembalikan semua persoalanmu padaNya. Apa yang menyul...

Apapun Itu... Niatnya Musti Lurus

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i Bulan ini, Dufan menggelar brosur, sebagai tiket masuk harga Rp. 35.000. Tiketnya berlaku sampe tanggal 16 Desember 2006, dari tanggal 14 November 2006. Siapa siyh yang ga pengen? Begitupun aku, dan teman-teman. Hm... sepertinya udah hampir 3 pekanan ini kami merencanakan waktu yang pas untuk ke dufan. Rencana pertama, tanggal 30 November, batal. Karena, ada seorang teman yang sedang sibuk mempersiapkan 'creativity day' di sekolah tempat ia mengajar. Which is, creativity day nya tanggal 2 Desember. Tapi.. tanggal 30 November itu kita sempat kumpul di Ar Ridho (basecamp kali yeah...)& yah... ketawa ketiwi & sharing, trus, bikin planning waktu lain ke dufan. Next, ditetapkantanggal 11 Des (senin) or 12 Desember (Selasa). Tadinya mau tanggal 4 Desember, tapi gwe yang 'rada berat', soale baru tanggal 30 ambil cuti, kok tanggal 4 cuti lagi. Dan ternyata, sodara-sodara... Berhubung dapet kabar kalo hari Senin itu banyak wahana yang ga main, maka ...