spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Tuesday, April 10, 2007

Seperti Memilih Sepatu (Episode Ikhtiar Seorang Teman Part 1)

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Senin siang, jam istirahat, karena kebutuhan untuk mengganti sepatu baru yang sudah jebol di bagian belakang, aku dan seorang teman menghabiskan waktu istiirajat ke sebuah Dep Store. Yup sodara-sodara, agenda pada hari itu adalah membeli sepatu baru untuk kerja, dengan target warna coklat / krem.

Masuklah kami ke ruangan adem, dimana ratusan display alas kaki dijejer sesuai temanya. Duh… dasar cewek, pasti pandangan langsung menyapu ke semua sepatu yang terdisplay. Dan kalopun nominal di dompet itu ‘available’, mungkin akan lebih dari sepasang sepatu yang akan kubeli. Dari yang modelnya ladies sampai kiddies untuk ABG, dari sandal treples sampai high heels buat kondangan, hwaaa…. Rasanya semua pengen dipunyai. Tapi… sekali lagi aku musti sadar, bahwa aku membutuhkan sepatu untuk kerja yang nyaman.

Pilah-pilih sepatu, walaupun udah ada spec tertentu yang dibutuhkan dan diinginkan, teteup aja takes time. Pilih yang cocok. Yang designnya bagus banyak, tapi pas dicobain terasa ga nyaman di kaki. Ada juga yang nyaman, tapi kok tampilannya ga sesuai untuk kebutuhan kerja. Walah… yang model begini bukannya menunjang pe-de malah meniinggikan minder neyh. Cari-cari … akhirnya, pilihan jatuh pada suatu merk yang cukup dikenal karena ke-awet-an sepatunya, design yang simple namun elegan, dan pas dengan seleraku. Singkat cerita, terbelilah sepasang sepatu Buccheri warna krem ukuran 39 (cie… sepatu baru ni ye). Walopun ga diskon, tapi buatku (yang anak kontrak dengan salary segitu, ehm..ehm..) sepatu itu cukup affordable lah ya.

Dan saat kemaren di toko sepatu itu, aku sempet mikir kalo sepertinya perjalanan memilih teman hidup itu seperti memilih sepatu ya. Kita pengen seseorang yang bersama kita kelak memiliki design yang komplet. Yang perempuan pengen pria yang sholeh, mapan, pintar, bijaksana. Yang pria pengen perempuan yang shalehah, cantik, keibuan, cerdas. Tapi sayangnya, karakter itu ga mungkin komplet di satu orang. Selalu ada celahnya. Dan ujung-ujungnya, akhirnya pilihan jatuh pada seseorang ‘yang kita butuhkan’, ga cukup ‘kita inginkan.’

Cuma ko kayanya ga banyak orang yang mencari yang mereka butuhkan ya… Kebanyakan mencari yang mereka inginkan. Padahal belom tentu yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Seperti sepatu, misalkan … kita perlu sepatu kerja, tentu yang dibutuhkan adalah yang praktis dicopo – dipakai, heels sedang dan memudahkan mobilisasi, alasnya empuk biar enak jalan, dan kulitnya bagus untuk menunjang penampilan. Mungkin tampilannya biasa alias sederhana, tapi, itulah yang paling pas untuk sebuah sepatu kerja. Ga mungkin tho … mencari sepatu kerja berupa selop high heels dengan tali-temali hingga yang rumit dan warna gemerlapan, ga pas bow… walaupun indah, tapi ga pas. Ga sesuai kebutuhan.

Jadi teringat seorang temanku. Saat ini dia sedang memulai proses ikhtiarnya menjemput teman hidup. Temanku ini berbeda dengan teman-temanku yang lain. Dalam biodata yang disubmit untuk seseorang di seberang sana, dia mencantumkan ‘craved wife’ bukan ‘kriteria akhwat yang diinginkan’. Yups… Dia tahu dia butuh seseorang dengan karakter A-B-C untuk menjadi pendampingnya. Dan yang dia butuhkan bukan kriteria keduniaan, tapi kriteria ‘karakter yang berorientasi ukhrowi’.Dan ini juga sungguh berbeda dengan artikel yang pernah kubaca dan juga biodata yang pernah mampir di meja redaksiku [halah…]. Dari yang kudengar dan yang kubaca, baik itu ke meja redaksiku ataupun ke meja redaksi orang lain, beberapa karakter yang ter-notice di otakku ada ayng seperti ini : IPK minimal 3.5, bisa masak, cantik, harus lulusan Fakultas Teknik, suku XXXX, hidung bangir, kulit putih, de el el. Nah… pertanyaannya, apakah mereka benar membutuhkan yang seperti itu???

Jadi … buat yang masih [dan akan selalu] berikhtiar menjemput teman hidup [sampai teman hidup itu datang], maka ketahuilah apa yang kalian inginkan, belum tentu yang kalian butuhkan. Karena keinginan bisa di-adjust, sedangkan kebutuhan itu letaknya di pondasi yang prinsipal, dalam arti, jika kebutuhan tidak terpenuhi, maka roda kehidupan ga bakal mulus jalannya. Ibarat pilih sepatu, pilih yang-benar-benar kita butuhkan. Misal, kalo butuh sepatu kerja, ya carilah yang heels-nya nyaman walaupun tidak 7 cm (secara sepatu high heels bisa membuat body wanita terlihat anggun).


WA Lt. 11 tanggal 10/4/2007 jam 7.58 pagi.
Dedicated for my friend… Wish U all d best Akhi…
Jika memang ALLAH menentukan takdirnya bahwa Antum akan bersama perempuan itu dalam menapaki sisa usia, maka insya Allah semuanya akan dimudahkan.
Mintakan saja padaNya kemantapan hati untuk masing-masing kalian.

No comments: