spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Wednesday, March 01, 2006

(Mungkin) Aku Memilih untuk Tidak Bebas

Ide-ide terkadang mengalir sesaat atau beberapa ketukan waktu setelah melewati suatu episode hidup...

Saat ini aku masih menyelesaikan novel The Zahir yang ditulis Paulo Coelho. Aku suka tulisannya. Entahlah... Seakan apa yang ditulis oleh Coelho seakan penjelmaan semua yang dinyatakan alam bawah sadarku.

Satu contoh, ia menuliskan bahwa... banyak orang yang memilih untuk menjadi budak. Budak berarti seseorang yang mengerjakan suatu hal yang tidak dia sukai, karena ada kebutuhan yang bergantung di sana. Jadi kepikir... jangan-jangan, aku menentukan pilihanku sebagai seorang yang tidak bebas.

Menjalani profesi sebagai karyawan di suatu perusahaan, dilihat sebagai suatu ketenangan dan kesenangan sendiri. Bagaimana tidak, status jelas (bukan status pengangguran, walaupun secara keseharian, terkadang terasa seperti pengangguran tersamar. Misalkan semua kerjaan beres, boss tidak di tempat, dan tidak melakukan apa-apa selain surfing chatting, shopping), gaji bulanan tetap dapat (he..he.. konon ada teman yang mengatakan kalau rezekinya karyawan itu sudah ditakar. Hm... aku ga setuju siyh. Emangnya rezeki berupa nominal aja???), selalu berpenampilan necis (walaupun bergaji tipis); Dan keumuman orang Jawa (maaf, karena aku dibesarkan dalan kultur Jawa yang konservatif dan aku benci itu) bekerja dengan fix income itu lebih baik daripada bekerja untuk memperoleh unlimited income.

Sekali lagi, ini menjadi dilematis hidupku. Satu sisi, jujur saja aku butuh gajian bulanannya untuk mampu melakukan kind behaviour, hobiku berbelanja buku, jalan-jalan, dan hubungan pertemanan yang lain yang membutuhkan ongkos. Di sisi lain, aku belum yakin apakah model kehidupan ini yang ingin aku jalani? Kayanya, berasa belum 'klik' aja sama profesiku. Mengerjakan hal yang sama setiap hari (yang beberapa kurang kusukai), di sekat kubikal dan lingkungan dengan orang yang sama setiap hari. Dan aku juga belum yakin bahwa profesi seperti ini yang akan kujalani apabila nanti Allah mengamanahkan generasi rabbani (Allahumma Amien...) kepadaku.

Yang ingin kulakukan adalah membaca, melihat, dan mendatangi tempat dimana berbagai hal terjadi di dunia ini, di belahan manapun. Lalu aku menuliskannya, lalu aku membaginya dengan berbicara melalui media apapun dimana aku bisa berbicara. Lalu aku ingin setiap hari menghirup udara segar. Yang kusuka dari ruangan ber-AC adalah karena ia sejuk. Kebersihan udaranya... welehhh... ga banget deyh (walaupun iklan-iklan itubilang ACnya AC bio plasma cluster de el el). Hm... aku juga senang berhitung. Aku ingin mengamati pergerakan semua angka di dunia, lalu aku membaca, lalu aku menuliskannya, dan aku membicarakannya. Profesi apa yah??? Could be : reporter (bukan presenter) / konsultan / konselor... Di usia berapa aku menjadi seperti yang kumau, tidak terlalu penting. Yang penting aku bisa memilih untuk bisa bebas, dan akan kutaklukan dunia (ALLAHU AKBAR).

(Mungkin) Sekarang aku memilih untuk tidak bebas. Tidak..tidak... Bukan memilih untuk tidak bebas, aku hanya menunda waktu untuk menjadi bebas. Kata Helmy Yahya di Valuegraphynya, tidak masalah untuk menunda sesuatu yang baik untuk sesuatu yang lebih baik.

Yah... Sekali lagi, (mungkin) aku memilih untuk tidak bebas. Tapi tidak selamanya ... Dan Sang waktu pun akan menjemput kebebasanku.

Wisma Antara, lantai 11
1 Maret 2006


No comments: