spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Thursday, January 05, 2006

Kala Sang Lilin (dengan Nyala Api Di Atasnya) Tertiup Badai

Lilin (bayangkan sebtang lilin dengan nyala api di atasnya. Selanjutnya kita sepakati ia sebagai lilin) itu berjalan mencari tempatnya. Kadang cahayanya padam, temaram, dan tak jarang ia menyala bagaikan obor yang menerangi setiap pelosok gua. Selalu ada sumber cahaya dimanapun Sang Lilin berada.

Hingga suatu hari, Sang lilin menemukan tempatnya. Tempat yang bisa ia harapkan untuk berlabuh sepanjang hidupnya atau sepanjang sumbu cahayanya bisa menyala. Tempat itu begitu indahnya. Dipenuhi aneka bunga berwarna dan mewangi. Lengkap juga dengan badai besar yang membantu reproduksinya bunga-bungaan yang tadi. Seimbang...

Tapi kelihatannya Sang lilin sulit bertahan dalam badai. Tiupan pertama, cahaya apinya bergoyang. Tiupan selanjutnya, semakin meredup, meredup, dan ... akhirnya mati.
Tak tau, bunga-bungaan itu akan tertampak dengan indahnya atau tidak sama sekali. Yah... karena cahaya Sang Lilin sudah mati... yang sebelumnya hangat bertemaram.

No comments: