spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Wednesday, November 21, 2007

Fasenya Memang Seperti Itu ...

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Seorang teman (Mr. coolman) tadi malam curhat. memuntahkan semua rasa eneg yang menimpa dia, dan semua pencetusnya adalah pekerjaan.

Sejauh aku menganalisa dia, sangat ekstrim apa yang dia lakukan dulu (di awal dia kerja di perusahaan ini) dan sekarang (tahun ke-2 kontrak kerjanya). Dulu, datang pagi, pulang jam 8 malem, tasking dari orang lain pun dia handle. Sekarang sungguh berkebalikan, pulang jam 4 teng, berani nolak tasking dari pihak lain yang merepotkan dia.

Kenapa bisa gitu?
1. Dia kerja ga ada tujuan yang jelas tentang karier. Karena nasib anak kontrak di perusahaan ini memang tidak dijamin untuk menjadi permanent staff, yang kemudian bisa menggapai karier sampai level ia terpuaskan.
2. Ga ada apresiasi dari atasannya, baik berupa selembar penilaian performansi kerja, ataupun bentuk lain yang lebih special daripada sekedar 'thank you ...'

Trully, yang aku alami juga ga jauh beda dengan dia. Dan ... setiap fase dalam hidup kita adalah pilihan. Mau lanjut dengan kondisi itu, atau keluar. Dan pastinya fase itu musti dilewati setiap orang kan? Esensi hidup itu adalah bagaimana kita mensikapi semua hal yang kita hadapi tho ??? [ngerefer ke artikelnya harun yahya].

Aku ga menyarankan untuk stay atau stuck di tempat itu. Yang aku encourage, baik terhadap diriku sendiri ataupun temanku itu adalah ...
sadarilah bahwa setiap fase itu seperti 2 sisi mata uang : anugerah dan ujian
. Niyh contohnya : seorang single yang married, married nya adalah anugerah, tapi dibalik itu, dia musti dealling dengan kerja keras merubah habit 'single'nya seperti jalan kemana dia suka, bangun siang, un-organized, dll. Jadi, apapun yang kita hadapin saat ini, itu bukanlah sesuatu yang terbuuruk, itu hanya perjalanan, dan akan berganti. Jadi ya jalanin aja, gaperlu ngeluh, kuatin diri, dan sabar. Kalopun mo nangis, nangis lah ke Pembuat Segala Sesuatu Yang Terjadi Itu.

WA Lt. 11 jam 8.10 21/11/2007

1 comment:

Alfa G Harahap said...

gua juga skarang berpikir hal yg sama. nasib juga sbg karyawan kontrak. 3 tahun trakhir, kerja pindah2, kontrak2 melulu, dan gua akhirnya bertanya2 bisakah gua menemukan sebuah perusahaan yg nantinya akan membantu dlm karir gua ? rasanya kalo tiap kali harus liat2 lowongan lagi, seperti lagi2 balik dari nol. lagi2 cuti harus nunggu setahun kerja, lagi2 harus nunggu setahun utk dapet thr, lagi2 dianggep sbg anak baru, ah pusing lama2.