spasi spasi

Bagai kumpulan text, perlu ruang kosong untuk dapat membacanya dengan jelas.

Bagai lokasi, perlu jarak untuk membuatnya tidak sesak.

Bagai runutan peristiwa, perlu jeda untuk mampu mengenang episode yang sudah dilalui.

Bagai gerak, perlu kejap tarikan nafas untuk terus melaju

Friday, February 16, 2007

Dependable di Kondisi Independent

s.p.a.s.i...s.p.a.s.i

Kamis malam dalam perjalanan dari Barito Blok M ke Kampung Melayu, di dalam bus yang penuh sehingga aku bisa mengenang lagi romansa sewaktu aku kuliah, Mulai terfikir hal ini.

Melewati Gatot Subroto, trus ngelihat SPBU Shell. Terang benderang dan luas. Nyaman deyh pokoknya. Lupa deyh... apakah saat aku berkendara (which is, tentunya jadi penumpang secara aku belum upgrading skill nyetirku).

Pemandangan di depanku itu ... mobil mewah berjejer, lagi isi bensin, trus ada petugas yang ngelap-ngelap kaca mobil. Nyamannya ya kalo berkendara sendiri ... Anyway, harga bensin per liter nya sama ga ya, seperti di SPBU lainnya? :)

Trus ... jadi ada yang menggelitik pikiranku. Let's say ada 3 tokoh di SPBU itu :
1. pengendara mobil
2. Petuga SPBU Shell
3. Owner Shell, which is USA.

OK...
Trus... hi..hi.. kok gwe jadi geli sendiri ya. dan juga miris. Begini alurnya :
1. Si pengendara mobil membayar petugas SPBU yang men-servis mereka. SO... dalam hal ini si pengendara mobil menjadi boss dunks (secara dia yang punya duit dan dilayani).
2. Si petugas SPBU digaji oleh Shell (let's say, Shell itu reps nya USA.). Petugas bekerja untuk Shell, so yang dependent adalah petugas SPBU ke Shell (hm... bisa juga siyh, keduanya saling dependent. tapi kali ini gwe mo lihat dari sisi petugas ke Shell aja ya)
3. Shell itu perlu menggaji petugasnya. SO, dia perlu income. Income nya didapat dari para pembeli bensin di SPBU Shell. Secara pengendara mobil yang butuh bensin, maka ada 'dependent' dari pengendara mobil ke Shell.
4. Pengendara mobil merasa nyaman beli bensin di SPBU SHell daripada di SPBU punya sendiri (kayanya yah... he..he.. Ya logis tho, secara Shell nyediain tempat yang lebih nyaman). Kalo mencoba berfikir hiperbolik, akan muncul pendaapat bahwa pengendara mobil bakalan addict beli bensin ke shell (hweks... kayanya ga gitu-gitu amat deyh. Eh.. tapi could be kan???)

(mulai keder mode : on)

Nah.. kalo ditelusuri, rasanya ada dua pihak yang berkecenderungan dependent ke satu pihak. Dan itu adalah ....
Pengendara mobil & petugas SPBU yang (cenderung) dependent ke Shell. Kasian ya kita.
Udah kita membayar dan dibayar upah sesama kita, memeras tenaga sesama kita untuk melayani sesama kita, trus ternyata duitnya lari ke negeri nun jauh di sana. Dah gitu... curiga juga sebagian duitnya (besar ato kecil aku ga tau) dipake buat mengalirkan darah-darah sodara kita di bumi Al Quds.

Kapan alur begini akan stop?
Ya jawabannya... kalo kita mau menjatuhkan egoisme terendah kita untuk lebih memperkaya masukan ke kantong negeri sendiri (hiks... keinget juga, kalo masuk ke kantong negeri sendiri, ya di sini emang bener-bener masuk 'kantong sendiri' alias di corrupt.

Duh maaf ya, kayanya tulisan ini ga berujung. Ya... intinya gitu la ya. Kalo gwe tuh pengen kita melepaskan diri dari dependable kita ke pihak lain yang malah 'menusuk' kita dari belakang depan atas bawah kanan kiri.

Moga bermanfaat. Allahu A'lam.

WA Floor 11 jam 1.17
16/2/2007

No comments: