Reset Self Love
s.p.a.s.i...s.p.a.s.i
Bismillah,
Tanpa mengurangi rasa syukur, rasa hormat, untuk seluruh daya upaya orang tua yang menyayangi gwe dengan cara mereka, gw uraikan isi hati, kepala, dan memori yang udah tertimbun bertahun-tahun. Tulisan yang ga berdasarkan research ilmiah. Dasar tulisan ini sepertinya banyak opini pribadi, yang coba gw relate-kan dengan content-content perseonal development yang pernah gw baca.
Hm... gwe coba menulis secara naratif.
Jadi, gwe dibesarkan oleh orang tua yang keduanya bekerja. Kedua ortu gwe adalah anak pertama, dan yess, mereka generasi sandwich. Mereka bersaudara banyak. Life maybe quite hard for them. Selepas SMA, mereka semua langsung mencari pekerjaan. Bapak rantau ke Jakarta dari Madiun, Ibu sudah kelahiran Jakarta. Dengan background keluarga seperti itu, mereka sepakat, untuk memiliki sedikit anak, dan memberikan sekolah terbaik untuk anak. jadilah gw si anak sulung yang hanya memiliki satu adik.
Di jaman dulu, sepertinya ilmu parenting tidak sebanyak sekarang. Di jaman dulu, sepertinya kewajiban orang tua adalah memenuhi kebutuhan anak : fisik, materi, pendidikan. Namun, sepertinya ada yang mis, yaitu bonding atau kedekatan. Baik kedekatan secara emosional, trust, fisik, ataupun lainnya. Well, Alhamdulillah semua kebutuhan gw terpenuhi. Sandang, pangan, papan, sekolah, les, alat sekolah, gaul (secukupnya yach.. he..he.. bukan yang sebulan sekali ke mall), all is good. All aman. Nah.. tapi, perkara bonding ini, ternyata, sepertinya ada efeknya.
Sorry banget kalo cerita gwe ga runut.
Yang gw rasakan sih...
Gwe dari kecil itu :
1. Di-encourage untuk berprestasi. TANPA diarahkan gw kesenengan muyulnya di mana. Jadi, naik kelas, terima aja apa pelajaran yang ada, sing penting nilai bagus, top 10 or big 5 or top 3.
1. Di-encourage untuk berprestasi. TANPA diarahkan gw kesenengan muyulnya di mana. Jadi, naik kelas, terima aja apa pelajaran yang ada, sing penting nilai bagus, top 10 or big 5 or top 3.
2. Gwe hardly didengarkan apa yang gwe rasa, dan sebagainya. Mungkin ini kali ya, jadinya gwe introvert.
3.Gwe dibandingkan dengan anak teman orang tua, he..he.. Misalkan yang kuliah di Xx, udah nikah, and so on.
3.Gwe dibandingkan dengan anak teman orang tua, he..he.. Misalkan yang kuliah di Xx, udah nikah, and so on.
4. Bapak gwe tipikal ga sabaran, rada temperamental. Walaupun, kalo marah secara personal ke kami anaknya sih jarang ya... Beliau hanya ga sabaran aja. Dan suka ngomel. Dan secara gw risih denger omelan, jadilah gw berbuat atau bertingkah bukan nerdasarkan kenyamanan, tapi gimana caranya biar semua aman terkendali, ga denger orang marah-marah.
Hm... Sounds bibit mental health issue kan yeaa...
Dan begitulah.
Kalo gwe flashback, gwe tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri. Jujur, kalo lihat orang cakep, pinter, gaul, gwe minder. Kek gwe upik abu tulen gitu lah... Psikotest pekerjaan, seringnya lolos di materi akademis yang pake otak. Tapi kalo udah interview, ambyarrrr... ha..ha..
Selain itu, gw sepertinya menjadi pribadi yang kurang self love. Gwe hardly mendengarkan keinginan, kebutuhan, yang terdalam. Iya sih, waktu gwe awal-awal masuk kerja, gwe punya kebebasan beli buku novel apapun yang gwe suka, karena gwe suka baca. Tapi gwe ga punya dream atau keinginan yang lain yang bigger. Ga kepikiran untuk S2, keluar negeri, beli mobil, atau apalah. Bener-bener mandeg... lulus, dapet kerja permanen, nikah. Dan mungkin ini juga bibit quarte life crisis. Udah lah ga percaya diri, kurang self love, dan pernah dibandingkan : anak temen ibu udah nikah, kamu ga punya temen, kamu dandan deyh... Ah.. life is so beautiful.
Trus... currently, Alhamdulillah gwe mengikuti content-content psikologi gitu. Dan ada beberapa hal yang nyangkut di pikiran gwe ...
- It's ok kalo menjadi orang ga sempurna. Gwe dulu minder karena gw ga cantik, ga modis, dll.
- Self love. Gimana loe expect orang akan suka dan sayang sama loe, kalo loe sendiri aja ga nyaman sama diri loe. misalkan : Ga suka hidung pesek sendiri, kulit sawo matang, dll. Hargai dan embrace apa yang ada pada diri loe.
- Personality loe ga harus sama dengan orang. Duh inget banget, dulu jaman LDKS SMP, instruktur pernah bilang kepribadian introvert dan extrovert. Extrovert yang bisa ikrib sana-sini, ngobril sana sini. Sedangkan gwe sebaliknya. Dan si instruktur bilang, leader yang ok itu kepribadiannya extrovert. what d h*ll... 😅
Atas semua itu, saat ini, gwe saat ini me-review diri gwe. reset self love. reparenting lagi.
Start from small simple thing.
Dan u know siapa yang paling meng-inspired gwe untuk hal ini? adalah anak gadis gwe yang Agustus nanti usianya 11 tahun, aka dia saat ini kelas 5 SD.
Yess, gwe melihat self love dia ok banget. Dia mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu ya karena dia suka. Bukan untuk orang lain, bukan untuk terlihat ok di mata teman-temannya, dll. Dia pake skincare karena suka kalo kulitnya glowing. Dia bikin gelang manik-manik karena dia suka berkarya, dan tidak haus pujian (tapi haus duit, karena dijual. ha..ha..). Dia set up goals atau cita-cita karena dia tertarik di bidang itu, tanpa embel-embel gaji besar/penghasilan besar. Fyi, dia kepengen jadi pengusaha skin care. Karena dia demen banget sama urusan per skin-care an.
Nah..
Bentuk reset self love gwe adalah :
- Apapun yang gwe kerjain, mindset yang gwe tanamkan adalah ini untuk kebutuhan gwe sendiri. Contoh : gw yoga, bukan pengen terlihat glowing ala artis Soph*a L*tj*ba, atau perut rata biar enak dilihat. Gw yoga karena supaya badan gwe enakeun.
- Ga nahan belanja. Jujur, di finansial juga ada masalah nih. Gw cenderung 'pelit' sama diri gwe. Cenderung me-less priority kebutuhan dan keinginan gw. Kasian yah... Padahal sekitar gwe, dengan gampilnya request bebelian ini itu. Well, untuk kali ini, gwe akan lebih 'boros' untuk keinginan. Tapi yang wajar aja sih...
- Nyaman dengan personality gwe. Jika gwe bisa hangat ya gwe akan hangat. Namun jika gwe ga nyaman, gwe ga akan paksa untuk menjadi nyaman. Apalagi punya muka subtitle begini... 😂😂
Yo weis, itu dulu...
Ok, semoga qta makin sayang sama diri kita sendiri yaa.. Aamiin.
Comments